Suara.com - Versi terbaru Superman garapan James Gunn akan resmi tayang di bioskop Indonesia pada 9 Juli 2025.
Film ini menjadi proyek besar pertama dalam pembukaan era baru DC Universe (DCU), yang kini berada di bawah kendali James Gunn dan Peter Safran.
Sebagai pembuka fase baru ini, Superman menghadirkan pendekatan yang berbeda dari film-film pendahulunya.
Apalagi jika dibandingkan dengan versi gelap dan serius dari Zack Snyder, Superman kali ini benar-benar berbeda.
Lantas, apa saja perbedaan utamanya?
1. Tone dan Nuansa Cerita yang Lebih Cerah

Perbedaan paling mencolok antara Superman versi James Gunn dan versi sebelumnya adalah tone cerita.
Zack Snyder dikenal dengan gayanya yang kelam, penuh simbolisme, dan narasi yang berat, seperti terlihat dalam Man of Steel atau Batman v Superman: Dawn of Justice.
Superman digambarkan sebagai sosok yang penuh beban, dihantui dilema moral, dan nyaris seperti dewa yang kesepian.
Sementara itu, James Gunn memilih untuk membawa Superman kembali ke akar klasiknya, sebagai simbol harapan, kebaikan, dan optimisme.
Baca Juga: Tokoh Superman, David Corenswet, Nostalgia Jadi Penggemar Spider-Man Saat Kecil
Dalam versi ini, Superman digambarkan sebagai pahlawan yang tetap idealis meski dunia di sekelilingnya kacau.
Gunn ingin menunjukkan bahwa menjadi baik dalam dunia yang sinis adalah kekuatan tersendiri.
Tone film ini pun diprediksi akan lebih ringan, menyenangkan, dan penuh semangat positif.
2. Superman yang Lebih Manusiawi dan Rentan

James Gunn memfokuskan narasinya pada sisi manusiawi Superman. Tokoh ini akan digambarkan lebih muda dan masih belajar mengenal dirinya sendiri.
Dia belum mencapai puncak kekuatannya, seringkali terluka secara fisik dan emosional.
Dalam beberapa adegan, bahkan dikabarkan tubuh Superman akan terlihat memar dan berdarah.
Sebuah cara visual untuk menunjukkan bahwa di balik kekuatan supernya, dia tetap seorang makhluk yang memiliki rasa sakit dan konflik batin.
Hal ini berbeda dengan sosok tak tersentuh yang dibangun oleh Henry Cavill di bawah arahan Snyder.
David Corenswet sebagai Superman akan membawa pendekatan baru yang lebih hangat dan mudah didekati.
Fokusnya bukan hanya pada kekuatan luar biasa, tetapi juga pada integritas dan empatinya sebagai manusia dan alien.
3. Bukan Origin Story, Tapi Rekonsiliasi Identitas

Meski bukan cerita asal-usul sepenuhnya, film ini tetap mengeksplorasi fase penting dalam hidup Clark Kent.
Cerita akan mengikuti Superman yang sudah aktif sebagai jurnalis di Metropolis, tetapi masih bergulat dengan warisan Kryptonian dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tuanya di Bumi.
Ini menjadikan filmnya terasa seperti transisi dari "pahlawan yang mencari jati diri" menuju "pahlawan yang mantap memegang prinsip hidupnya."
Alih-alih memberi porsi besar pada adegan-adegan fan service atau cameo, Gunn berjanji akan memberikan ruang berkembang bagi setiap karakter utama.
Hubungan Clark dengan Lois Lane dan ketegangan antara dirinya dengan Lex Luthor juga akan lebih disorot.
4. Pertarungan Ideologis dengan Lex Luthor

Lex Luthor, yang diperankan oleh Nicholas Hoult, akan menjadi ancaman utama dalam film ini.
Namun, alih-alih sekadar pertarungan fisik, konflik antara Superman dan Luthor lebih bersifat ideologis.
Luthor digambarkan sebagai sosok jenius yang obsesif dan ambisius, sementara Superman berpegang teguh pada nilai empati dan kebaikan.
Kontras ini menciptakan dinamika menarik yang memperkaya narasi film.
Lois Lane, diperankan oleh Rachel Brosnahan, juga tidak akan menjadi karakter pendamping biasa.
Dia digambarkan sebagai jurnalis kuat dan independen, yang menjadi pasangan setara bagi Superman, baik dalam aspek pribadi maupun profesional.
5. Reboot DCU dan Peran Baru David Corenswet

Film ini menandai dimulainya soft reboot dari DC Universe, dengan keputusan untuk tidak lagi menggunakan Henry Cavill sebagai Superman.
Banyak penggemar awalnya kecewa, tetapi James Gunn telah menjelaskan bahwa film ini bukan sekadar ganti aktor.
Superman garapannya ini adalah bagian dari visi baru DCU yang lebih terstruktur dan menyeluruh.
David Corenswet hadir bukan sebagai pengganti Cavill, tapi sebagai simbol arah baru DC, yaitu cerah, manusiawi, dan penuh harapan.
Jadi, Superman karya James Gunn diharapkan bukan hanya menjadi reboot karakter, tetapi juga semacam penyegaran narasi superhero secara umum.
6. Pengaruh Komik Klasik yang Lebih Kuat

Gunn mengaku terinspirasi dari komik seperti All-Star Superman dan Superman: For All Seasons, dua karya yang menyoroti sisi inspiratif dan kemanusiaan Superman.
Berbeda dengan pendekatan Snyder yang cenderung mengangkat cerita dari komik-komik gelap seperti Kingdom Come atau Superman: For Tomorrow.
Gunn ingin menegaskan bahwa Superman adalah pahlawan yang mampu memberi harapan dalam kegelapan, bukan hanya bertarung melawan kegelapan itu sendiri.
Superman akan kembali menjadi pahlawan yang bukan hanya kuat, tapi juga baik hati, penuh harapan, dan inspiratif.
Film ini berupaya mengembalikan semangat awal karakter Superman dalam balutan sinematik modern, sekaligus meletakkan fondasi kuat bagi semesta DCU yang lebih konsisten dan bermakna.
Kontributor : Chusnul Chotimah