Infografis
Suara.com - Aktor Ringgo Agus Rahman boleh saja bangga dengan pencapaian kariernya sebagai peraih Piala Citra, penghargaan tertinggi bagi insan perfilman Indonesia.
Namun, di mata putranya, Bjorka Dieter Morscheck, piala bergengsi itu ternyata tidak memiliki arti sepenting kehadiran sang ayah di sisinya.
Saat ditemui di XXI Senayan City, Jakarta baru-baru ini, Ringgo berbagi cerita tentang reaksi lucu dan polos Bjorka saat mengetahui ayahnya memenangkan penghargaan di 2024.
"Satu contoh yang lucu. Setelah gue dapet piala kemarin. Anak gue tuh lagi tidur, karena itu kejadiannya malam. Besoknya, gue jemput sekolah kan, gue tanya, 'Kamu tahu nggak sih Bjorka, semalam tuh bapak baru dapet penghargaan?'. Dia bilang, 'Tahu, mama cerita. Piala apaan sih itu?'. Gue jawab, 'Ya nggak piala apa-apa sih'. Gue juga tidak menjelaskan itu," cerita Ringgo.
Reaksi Bjorka tidak berhenti sampai di situ. Rasa penasarannya justru berujung pada perbandingan yang membuat Ringgo tersadar akan prioritas sejati dalam hidupnya.
![Ringgo Agus Rahman saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (2/10/2024). [Suara.com/Tiara Rosana]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/10/03/20060-ringgo-agus-rahman.jpg)
"Pas dia pulang, ‘Mana pialanya?’. Gue tunjukkin. Dia bilang, ‘Gedean Piala basketnya Bjorka ya'. Gue yang kayak, 'Iya emang bagusan piala kamu sih’," kenang Ringgo sambil tertawa.
Momen tersebut semakin menegaskan keyakinan Ringgo bahwa segala pencapaian profesionalnya tidak akan pernah bisa menggantikan perannya sebagai seorang ayah.
Waktu dan kehadirannya sebagai ayah adalah 'piala' sesungguhnya di mata anak-anaknya.
"Pencapaian gue di luar nggak ada artinya buat anak gue. Yang penting buat anak gue sekarang, kalau lo tanya, mereka cuma pengin main sama bapaknya. Itu jawaban paling gampang yang keluar dari mereka, gue adalah temen main mereka," tegasnya.
Baca Juga: Film Terbaru: Mothernet, Ketika Sosok Ibu Diganti Artificial Intelligence
Suami dari Sabai Morscheck ini pun mengakui bahwa menjadi ayah adalah sebuah perjalanan tanpa henti.
Ia terus berusaha menemukan formula terbaik untuk memastikan anak-anaknya tidak pernah merasa kehilangan figur ayah, meski ia sendiri tidak yakin apakah usahanya sudah cukup.
"Persisnya, gue masih mencari arti tentang itu (menjadi ayah yang baik) setiap harinya. Apakah cukup dengan sekarang gue pribadi antar jemput anak ke sekolah? Apakah itu cukup?" ujarnya dengan nada reflektif.
"Gue ngerasa pengin ngelakuin itu terus, tapi siapa tahu anak gue merasa itu bukan. Gue sekarang ngotot pengin main sama anak gue terus, tidur harus bareng sama anak gue terus, gue ga mau dia punya kamar sendiri. Lalu apakah itu cukup? Gue nggak tahu," lanjutnya.
Bagi Ringgo, pada akhirnya semua pencapaian di dunia akting hanya jadi sampingan dari tugas utamanya.
"Yang gue lakukan adalah usaha setiap harinya agar anak gue tidak merasa seperti itu (tidak merasakan peran ayah). Apa pun yang gue lakukan di luar itu hanya sampingan, kayak misal gue jadi aktor, itu sampingan. Yang utamanya, gue adalah ayah dari mereka. Itu reputasi gue yang menurut gue paling keren," kata Ringgo.
Piala yang sempat ia dapat hanyalah benda mati. Namun, kehadiran sosok ayah akan menjadi kenangan abadi bagi seorang anak.
"Dia nggak ngerti artinya (piala) itu apa, karena emang nggak penting pencapaian gue di luar sana. Yang penting tuh cuma gue hadir jadi ayahnya mereka," ucap Ringgo.
