Suara.com - Cara sutradara kondang Timo Tjahjanto saat membujuk publik untuk menonton film Sore: Istri dari Masa Depan di bioskop menuai polemik.
Bukannya membangkitkan antusiasme, gaya bahasanya justru dianggap merendahkan dan membuat calon penonton urung membeli tiket.
"Perkara nonton SORE itu 2 jam dari hidup kalian, ayo berusaha dikit jangan mager. Jangan tipikal 'yahhh lusa keknya masih ada,' jangan 'nunggu streaming aja lah,'" tulis Timo melalui akun X miliknya.
Dia kemudian menegaskan bahwa film seperti Sore mutlak ditonton di layar lebar, dan bisa saja menghilang dalam satu hingga dua hari dari bioskop terdekat.
"Gue jamin nggak nyesel," tambah sutradara yang dikenal lewat film-film aksi dan horornya itu.
Sayangnya, cuitan tersebut justru memicu respons negatif. Banyak netizen merasa gaya penyampaiannya terkesan menyalahkan dan tidak empatik.
"Aku akan nonton Sore, tapi karena baca tweet masnya jujur malah menurunkan keinginanku. Mungkin karena kata 'jangan.' Idk, just saying," tulis salah satu pengguna X.
Alih-alih menanggapi dengan tenang, Timo membalas dengan komentar yang semakin memperkeruh suasana.
"Gue kagak ngerti mentalitas touchy feely di orang potongan bapak-bapak. Ngambekan ndak dipelihara lah mas. Masa 40an (tahun) kayak gitu," balasnya. Komentar itu makin menyulut kritik tajam dari warganet.
Baca Juga: Review Film Sore: Istri dari Masa Depan, Cinta dan Misi Terberatnya
"Kalau njenengan jadi sales marketing dan cara situ approaching ke pelanggan kayak gini, dijamin nggak sampai seminggu wes dicut," sindir salah satu netizen.
Beberapa komentar lain menyuarakan kekesalan karena promosi yang dianggap terlalu menggurui.
"Gue kagak ngerti kok ada ya orang ngiklanin film tapi malah pakai cara yang bikin orang orang males nonton filmnya," tulis pengguna X lainnya.
Bahkan ada yang menyebut gaya promosi Timo terkesan seperti black campaign terhadap film itu sendiri.
"Bahasanya nggak ngenakin ya, Mas. Dua jam itu sebuah kemewahan, loh, buat yang nggak punya waktu luang dan harus kerja sana-sini demi bertahan hidup," tulis netizen lain yang mengkritik penggunaan kata-kata yang dianggap tidak memihak realita audiens.
Film Sore: Istri dari Masa Depan sendiri sebenarnya memiliki performa yang cukup baik di box office Indonesia.
Sejak tayang perdana pada 10 Juli 2025, film drama fantasi romantis garapan Yandy Laurens ini sudah meraup 179.685 penonton hingga hari ketiga.
Peningkatan dari hari kedua ke hari ketiga juga tergolong signifikan, dari 91.290 ke hampir 180 ribu penonton.
Namun, gelombang kritik yang muncul akibat cuitan Timo membuat sebagian calon penonton mempertimbangkan ulang niat mereka.
"Rencananya mau nonton Sore sama doi, tapi gegara post ini jadi males. Penekanannya pada 'jumlah penayangan,' bukan 'apa yang worth to watch,'" ujar seorang pengguna yang kecewa.
Film ini sendiri merupakan adaptasi dari web series Sore: Istri dari Masa Depan yang populer pada 2017.
Ceritanya berpusat pada Jonathan (Dion Wiyoko), fotografer idealis di Kroasia yang didatangi Sore (Sheila Dara Aisha), seorang wanita yang mengaku sebagai istrinya dari masa depan.
Dengan elemen fiksi ilmiah dan romantisme, film ini menawarkan narasi yang menyentuh tentang waktu, pilihan, dan cinta yang melampaui logika.
![Review Film Sore: Istri dari Masa Depan. [X]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/11/83932-sore-istri-dari-masa-depan.jpg)
Sayangnya, perbincangan publik tentang film ini justru lebih banyak teralihkan pada gaya komunikasi promotor filmnya.
Beberapa orang bahkan menyatakan bahwa mereka memilih menunggu versi streaming saja, atau mengalihkan waktu mereka untuk aktivitas lain.
Dengan reputasinya sebagai sutradara genre seperti The Night Comes for Us dan The Big 4, Timo dikenal berani dan lantang dalam gaya bicaranya.
Namun dalam konteks promosi film drama seperti Sore, pendekatan tersebut tampaknya tidak selaras dengan ekspektasi publik yang lebih luas.
Kontributor : Chusnul Chotimah