Ia berharap menemukan penerimaan, namun yang ia dapatkan justru penolakan yang lebih dalam, bahkan dari lembaga yang seharusnya melindungi.
“Kami sudah mencoba ke kantor polisi, rumah sakit, tempat penampungan komunitas LGBT, tapi tidak ada hasil,” keluhnya, menggambarkan rasa frustrasi karena merasa tak terlihat.
Tragisnya, sang ibu, Elaine Ng, justru memberikan respons yang tajam. Alih-alih membela, ia menyuruh putrinya untuk bekerja dan tidak mengandalkan nama besar ayahnya.
Pada akhirnya, kisah Etta Ng adalah potret buram dari sebuah warisan. Ia adalah anak dari seorang legenda dunia, namun hidupnya jauh dari legenda itu sendiri.
Terjebak di antara nama besar yang tak memberinya keuntungan dan dunia nyata yang menolaknya, Etta menjadi simbol hidup dari sebuah ironi memiliki segalanya atas nama, namun tidak memiliki apa-apa dalam genggaman.