Suara.com - Banyak yang bertanya, mengapa seorang DJ Bravy yang dikenal 'liar' dan hidup bebas mau mengambil tanggung jawab sebesar merawat anak orang lain?
Jawabannya ternyata lebih dalam dan personal namun berakar dari luka masa lalunya sendiri.
Dalam obrolan emosionalnya dengan Deddy Corbuzier, Bravy menyinggung masa lalunya yang kelam.
Ia tumbuh tanpa figur ayah yang bertanggung jawab.
Pengalaman ditinggalkan oleh ayah kandungnya sejak kelas 3 SD membentuk prinsip hidupnya yang kuat tentang arti seorang ayah.
"Ayah bagi gua bukan yang nanem benihnya doang. Tapi yang nge-raise lu bagus, yang nge-raise lu good," ungkap Bravy dengan tegas.
Pernyataan ini menjadi kunci untuk memahami keputusannya.
Baginya, ini bukan sekadar menolong Erika Carlina, melainkan sebuah penebusan dan pembuktian.
Ia ingin menjadi sosok ayah yang tidak pernah ia miliki, memberikan apa yang tidak pernah ia dapatkan, meskipun untuk anak yang bukan darah dagingnya.
Baca Juga: Siapa Bravy? Pria Mentereng Ini Dikabarkan Siap Jadi Ayah Anak Erika Carlina, Bukan DJ Panda
Bravy secara sadar mengakui masa lalunya yang penuh dengan citra negatif.
Dari DJ, pemabuk, hingga fuckboy, ia merasa telah menjalani semua fase 'kenakalan'.
Keputusannya untuk siap menjadi ayah bagi anak Erika adalah caranya mencapai "end game" atau titik akhir dari perjalanannya.
"Gua pernah jadi cowok yang kalau orang bilang bejat lah ya... Gue punya pendapat dan pikiran gue sendiri sih, Om. I think this is my end game. Kayaknya kalau emang ada harga yang harus gua bayar... Kayaknya gua harus terima semuanya," jelasnya.
Bagi Bravy, ini adalah karma baik yang harus ia jalani, sebuah cara untuk membayar semua kesalahannya di masa lalu dengan sebuah tindakan mulia.
Ia mengubah trauma menjadi kekuatan, membuktikan bahwa masa lalu yang kelam tidak mendefinisikan masa depan seseorang.