Suara.com - Penyanyi Ashanty kembali buka suara mengenai keputusan berat yang mengakhiri perjalanan toko kuenya, Lumiere.
Secara mengejutkan, istri Anang Hermansyah ini menutup permanen 15 gerai kuenya bukan karena sepi pembeli atau merugi, melainkan karena sebuah prinsip idealisme terhadap kualitas yang tidak bisa ia kompromikan.
Dalam sebuah wawancara di kawasan Pondok Indah, Jakarta, Kamis, 31 Juli 2025, Ashanty menegaskan bahwa keputusan ini telah melalui proses pemikiran yang sangat panjang bersama sang suami, Anang Hermansyah
Ia sadar keputusannya terkesan mendadak bagi publik, namun di baliknya ada pertimbangan berbulan-bulan.
"Sebenarnya gini, maksudnya, kelihatannya kayak tiba-tiba, tapi ini sudah berbulan-bulan sih kami pikirkan, gitu. Aku, ya, tepatnya, sama Mas Anang pikirkan, sebenarnya sudah berbulan-bulan," ungkap Ashanty mengawali perbincangan.
![Ashanty saat menghadiri resepsi pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier di Four Seasons Jakarta, Kamis, 31 Juli 2025 [Suara.com/Adiyoga Priyambodo].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/31/83327-ashanty.jpg)
Langkah ini terasa ironis, sebab Ashanty sendiri mengakui bahwa Lumiere masih sangat diminati dan dicintai pelanggannya. Inilah yang menjadi beban terberatnya, menutup bisnis yang sedang berada di puncak popularitasnya.
"Dan yang berat banget buat aku sekarang adalah, ya ini, ya. Maksudnya, aku memutuskan untuk menutup Lumiere, gitu. Kadang-kadang, orang itu kan menutup bisnis pasti kayak kalau sudah nggak berjalan, kalau sudah enggak ada peminatnya, gitu," jelasnya.
Perempuan berusia 41 tahun ini bahkan menceritakan betapa para pelanggan setia merasa kehilangan. Bagi mereka, Lumiere sudah menjadi merek independen yang kualitasnya diakui, bukan lagi sekadar kue milik selebritas.
"Pas aku tutup, memutuskan tutup itu, semua komen nggak ada yang jelek. Benar-benar kayak, 'Ya Allah, aku nggak bisa beli lagi'. Terus kayak, 'Kok harus ditutup sih, gitu, Lumiere?'," tuturnya.
Baca Juga: Toko Kue Lumiere Ashanty Masih Ramai Pembeli, Kenapa Bisa Tutup?
Penyebab utamanya, kata Ashanty, adalah perbedaan visi dengan mitra bisnis di Lumiere mengenai standar kualitas.
Ia menempatkan kualitas sebagai prioritas nomor satu yang tidak bisa ditawar, meski harus berhadapan dengan kenaikan harga bahan baku atau pertimbangan bisnis lainnya.
"Mungkin yang bisa aku bilang adalah, Lumiere ini aku jual kan kualitas. Kualitas nomor satu. Jadi, di saat dalam perjalanan kualitas ini sudah berbeda antara satu dengan yang satu, dan tidak ada titik temu, dan aku juga orangnya idealis banget dengan yang namanya kualitas, nggak akan merubah apapun itu," tegas Ashanty.
Ia memberikan contoh konkret, di mana dirinya lebih memilih untuk tidak menjual produk sama sekali daripada harus mengganti bahan baku dengan alternatif yang kualitasnya di bawah standar yang telah ia tetapkan sejak awal.
"Aku mendingan nggak jualan daripada harus ganti kualitasnya, gitu," imbuhnya.
Meski mengakui adanya perbedaan visi dengan mitra bisnis, Ashanty memastikan perpisahan ini berjalan baik-baik saja tanpa ada perselisihan. Justru, rekannya memahami betul karakter Ashanty yang sangat saklek soal produk.