Suara.com - Penayangan film animasi "Merah Putih One for All" dalam rangka menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-80 di bioskop seluruh Indonesia menyisakan banyak tanya.
Di tengah isu biaya produksi film animasi "Merah Putih One for All" capai Rp 6,7 miliar, beredar chat animatornya yang mengaku membuat karya ini dengan segala keterbatasannya.
Karya ini justru hadir dengan segala keterbatasannya. Sang animator sekaligus Manager Produksi, Bintang Takari, akhirnya buka suara mengenai proses produksi kilat dan sosok kunci yang menjadi modal utamanya.
Dilansir dari cuitan akun X @AndokoAldi29, beredar chat Bintang Takari mengungkap bahwa modal materiil untuk pembuatan film ini sangatlah minim.
Ia melalui chatnya di grup WhatsApp Webinar Devata X Ryan ini menegaskan bahwa independensi menjadi prinsip utamanya dalam berkarya, sehingga menolak untuk bergantung pada bantuan pihak luar.
"Berapa budget bikin film ini? Mungkin sekitar Rp 1 juta buat nraktirin anak-anak pengisi suara makan di warteg," kata Bintang Takari dalam pesannya yang beredar tersebut, Senin 11 Agustus 2025.
Pengakuan ini sontak mematahkan asumsi publik yang mengira ada investor besar di baliknya hingga biaya produksinya mencapai miliaran.
"Benar, film ini saya buat sendiri dengan modal cuman segitu. Saya gak mau ribet minta bantuan sponsor, apalagi minta dana ke pemerintah!" tegas Bintang Takari.
Bintang Takari melalui pesan tersebut lantas mengungkapkan sosok yang mendorong dan membiayai pembuatan film animasi tersebut.
Baca Juga: Hyundai Genesis G80 Harganya Berapa? Ini 7 Fakta Sedan Mewah Kado Thariq untuk Istri
Bintang menceritakan, pembuatan film animasi ini berawal dari pertemuannya dengan seseorang yang telah lama berkecimpung di industri perfilman.
"Kok bisa tayang di bioskop? 3 bulan sebelumnya, saya kenalan dengan seseorang yang kebetulan bergerak di bidang perfilman," ungkap Bintang.
Orang itulah yang memantik semangat Bintang Takari membuat film animasi bertema kebangsaan demi menyambut HUT RI ke-80 pada 17 Agustus 2025 nanti.
Saat itu, Bintang Takari sebenarnya sudah merasa ragu tak mampu menggarap film Merah Putih One for All secara baik, karena waktunya yang terbatas.

"Beliau bilang 'Kenapa gak ada yang bikin film baru untuk momen Kemerdekaan RI ke-80?'. Saya jawab 'Waduh 3 bulan gak mungkin terkejar," kata Bintang Takari, mengenang keraguannya saat itu.
Waktu tiga bulan memang teramat singkat untuk memproduksi sebuah film animasi dari nol.
Hal ini pula yang diakui Bintang menjadi penyebab kualitas visual filmnya tidak semaksimal karya-karya lain.
Namun, keraguan Bintang sirna ketika sosok misterius itu melihat portofolio karyanya dan negosiasi budget untuk pembuatan film tersebut sampai akhirnya memberi kepercayaan penuh padanya
"Tapi, setelah beliau lihat portofolio di website saya, tanya soal budget dan durasi produksi film yang ada di situ. Beliau malah yakin dan terus mendorong saya untuk mencoba," tutur Bintang.
Dukungan dan keyakinan inilah yang menjadi "modal" tak ternilai bagi Bintang yang mendedikasikan seluruh tenaganya untuk mengejar target.
"Akhirnya dengan waktu tersisa yang ada, saya berjibaku mengejar target tayang. Tdur saya cuman 2 jam sehari selama 3 bulan!" katanya.