Mpok Alpa Wafat di Hari Jumat, Benarkah Pertanda Baik? Ini Dalilnya dan Perdebatan Ulama

Yazir F Suara.Com
Jum'at, 15 Agustus 2025 | 14:17 WIB
Mpok Alpa Wafat di Hari Jumat, Benarkah Pertanda Baik? Ini Dalilnya dan Perdebatan Ulama
Mpok Alpa meninggal di hari Jumat.

Perbedaan pandangan ini penting untuk dipahami agar tidak salah dalam meyakininya.

Pandangan yang Melemahkan (Kontra)

Sebagian ulama, termasuk di antaranya adalah Imam Ahmad bin Hanbal sebagaimana dikutip oleh beberapa ulama lain, menilai bahwa sanad (rantai perawi) hadits ini memiliki kelemahan.

Salah satu titik kritiknya adalah adanya perawi yang dianggap tidak bertemu langsung dengan perawi sebelumnya, sehingga rantai sanadnya terputus (munqathi').

Dalam ilmu hadits, sanad yang terputus membuat validitas sebuah hadits diragukan, sehingga hadits tersebut bisa jatuh ke kategori dha'if (lemah).

Bagi ulama yang memegang pendapat ini, janji perlindungan dari siksa kubur yang disebutkan dalam hadits tidak bisa dijadikan pegangan yang kuat secara akidah, karena landasannya dianggap tidak cukup kokoh.

Pandangan yang Menguatkan (Pro)

Di sisi lain, mayoritas ulama, termasuk ulama-ulama besar seperti Imam al-Suyuthi dan Syaikh al-Albani (dalam beberapa karyanya), berpandangan berbeda.

Mereka mengakui bahwa jika ditinjau satu per satu, beberapa jalur periwayatan hadits ini memang ada yang lemah.

Namun, hadits mengenai keistimewaan wafat di hari Jumat ini diriwayatkan melalui banyak jalur yang berbeda (syawahid).

Dalam metodologi ilmu hadits, ketika sebuah hadits dengan tema yang sama diriwayatkan melalui banyak jalur, jalur-jalur tersebut akan saling menguatkan.

Kelemahan pada satu jalur bisa ditutupi oleh kekuatan jalur lainnya. Berkat banyaknya jalur periwayatan ini, status hadits tersebut terangkat dari dha'if menjadi hasan (baik) atau bahkan sahih li ghairihi (shahih karena dikuatkan oleh riwayat lain).

Hadits dengan level hasan sudah cukup untuk dijadikan landasan, terutama dalam hal fadhailul a'mal (keutamaan amal).

Para ulama yang menguatkan hadits ini berpendapat bahwa wafat di hari Jumat adalah sebuah anugerah dan pertanda baik dari Allah.

Namun, mereka juga menekankan bahwa ini bukan satu-satunya penentu. Kualitas hidup seseorang, tingkat keimanan, amal ibadah, dan taubatnya sebelum wafat tetap menjadi faktor utama penentu nasibnya di akhirat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI