Diponegoro Hero: 200 Tahun Perang Jawa, menjadi film AI atau artificial intelligence pertama yang bertema pahlawan Nasional.
Hadirnya film AI Diponegoro ini disebut sebagai gebrakan yang menjadi tanda dimulainya babak baru dalam industri kreatif.
Pasalnya pendekatan dengan menggunakan AI dalam menggarap film bertema sejarah tentang perjuangan Pangeran Diponegoro belum pernah dilakukan.
Alhasil Diponegoro Hero: 200 Tahun Perang Jawa bahkan disebut bukan hanya sekadar tontonan.
Melainkan sebuah pernyataan bahwa masa depan sinema telah tiba yang memadukan epik sejarah dengan kecanggihan teknologi mutakhir.
Nah, berikut adalah sederet fakta film Diponegoro Hero: 200 Tahun Perang Jawa yang sedang ramai dibicarakan karena dibuat dengan AI.
1. Pelopor Film Pahlawan Nasional Berbasis AI

Diponegoro Hero: 200 Tahun Perang Jawa mencatatkan diri sebagai film bertema pahlawan Nasional pertama di Indonesia yang dibuat dengan AI.
Ya, seluruh proses pembuatan Diponegoro Hero mulai dari visual hingga narasi memanfaatkan kecerdasan buatan.
Baca Juga: Fadli Zon Ogah Komentari Kualitas Film Kartun Merah Putih One for All: Saya Belum Nonton!
Tak hanya menghebohkan, film ini juga diklaim sebagai film AI bertema pahlawan Nasional pertama dan terpanjang di dunia.
Diponegoro Hero yang mengangkat sejarah dan perang yang selama ini hanya diketahui pada generasi muda dari buku sejarah saja.
Sehingga lahirnya film ini dianggap sebagai jembatan agar generasi muda mendapatkan pengalaman melihat dan merasakan perjuangan para pahlawan dalam format yang lebih modern dan relevan.
2. Bujet Rp200 Juta

Sudah bukan rahasia jika film kolosal kerap menelan biaya produksi fantastis hingga miliaran rupiah.
Namun, rumah produksi Mars Media membuat gebrakan dengan anggaran yang sangat efisien dalam mengerjakan Diponegoro Hero.
Produser King Bagus mengungkapkan bahwa film berdurasi 30 menit ini hanya memakan biaya produksi sekitar Rp200 juta.
Anggaran produksi yang mencapai ratusan juta itu dinilai sangat efisien karena jika tidak dikerjakan dengan AI sudah bisa dipastikan biaya produksi film tentang perang pasti akan lebih fantastis lagi.
3. Dikerjakan Selama 1 Bulan

Tak cuma anggarannya saja yang disorot karena bisa dibilang hemat, tapi lamanya pengerjaan juga jadi perhatian.
Pasalnya, Diponegoro Hero: 200 Tahun Perang Jawa rampung dikerjakan hanya dalam waktu satu bulan saja.
Efisiensi ini menjadi bukti bahwa teknologi AI yang dimanfaatkan dengan baik dan bijak mampu memangkas ongkos dan waktu produksi secara signifikan tanpa mengorbankan kualitas visual.
4. Hanya Butuh Dua Orang Kru

Fakta lain yang lebih mencengangkan dari film Diponegoro Hero adalah bahwa proses produksinya hanya melibatkan dua orang kru inti.
Jadi tak heran jika film ini disebut sebagai revolusi mengingat biasanya dibutuhkan ratusan kru untuk sebuah film bergenre kolosal.
"Kalau dulu butuh ratusan kru dan miliaran rupiah untuk film kolosal, sekarang cukup dua orang dengan imajinasi dan skill prom-engineering yang kuat," ungkap King Bagus.
Menurutnya kunci utama terletak pada kemampuan dan imajinasi dalam meracik prompt untuk mengarahkan AI.
5. Tantangan Terberat: Konsistensi Visual

Meskipun canggih, proses produksi dengan AI bukannya tanpa kendala.
King Bagus mengakui tantangan terberat adalah menjaga konsistensi visual dari gambar yang dihasilkan AI dari awal hingga akhir film.
Sebab durasi AI yang lama cenderung sulit digarap apalagi jika sudah dalam hitungan menit.
Konsistensi visual dari prompt yang diminta inilah yang menjadi tantangan besar selama proses pengerjaan film ini.
Tak cuma soal konsistensi, King Bagus dan kru produksi juga menemukan kendala berat lainnya ketika menggunakan AI.
Tantangan itu adalah sosok bayi, ya, sudah bukan rahasia jika menghasilkan gambar atau visual bayi dengan AI itu sangat sulit.
Kesulitan lain adalah soal narasi, seperti diketahui dalam film tersebut ada bahasa Belanda, Indonesia, dan Jawa.
Bagaimana menjadikan narasi-narasi dari bahasa itu dalam film pun membutuhkan effort agar hasilnya presisi.
6. Akurasi Sejarah Tetap Menjadi Prioritas

Kendati dikerjakan secara utuh dengan memanfaatkan teknologi futuristik, King Bagus memastikan aspek akurasi sejarah tidak dikesampingkan.
Bahkan untuk menjaga otentisitas narasi dan nilai-nilai luhur perjuangan Pangeran Diponegoro, tim produksi menggandeng Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patra PADI) sebagai penasihat historis.
Kerjasama tersebut menjadi sebuah komitmen bahwa film ini tidak hanya menghadirkan tontonan dengan visual yang memukau tapi juga memberi edukasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Momentum 200 Tahun Perang Jawa

Fakta selanjutnya adalah bahwa waktu perilisan film ini bertepatan dengan momen peringatan 200 tahun Perang Jawa (1825-2025) dan HUT Kemerdekaan ke-80 RI.
King Bagus juga menuturkan bahwa momentum 200 tahun Perang Jawa menjadi inspirasi besar.
AI membantu mereka menghadirkan dunia masa lalu dengan akurasi historis yang sulit dicapai sebelumnya.
Last but not least film ini bisa ditonton secara gratis lho!
Ya, setelah dirilis terbatas di Cinepolis Senayan Park, Jakarta, Mars Media yang ingin menjangkau audiens lebih luas, menyediakan film ini secara gratis melalui platform usky.ai.
Kontributor : Safitri Yulikhah