- Wibawanto Nugroho mengkritisi situasi politik terkini dan menyarankan Presiden Prabowo membangun legitimasi melalui kejujuran, aksi nyata, dan kepemimpinan yang berdiri di atas kebenaran.
- Ia menegaskan pentingnya kepemimpinan yang mandiri, soliditas kabinet, serta strategi komunikasi yang organik agar rakyat kembali percaya pada pemerintah.
- Wibawanto adalah pakar politik dan keamanan nasional dengan rekam jejak akademis dan profesional internasional, yang kini menarik perhatian publik karena pandangannya yang tajam dan berimbang.
Suara.com - Sosok Wibawanto Nugroho mencuri perhatian publik ketika tampil di acara TV bertajuk 'Rakyat Bersuara'.
Dalam acara tersebut, Wibawanto memberikan saran-saran yang harusnya dilakukan Presiden Prabowo Subianto saat kondisi memanas seperti sekarang.
Seperti diketahui, demo di mana-mana dan rakyat terus menuntut pemerintahan, bahkan tak sedikit yang mulai tak percaya pada pemerintahan dan jajarannya.
"Masukan kita untuk membantu Presiden Prabowo saat ini adalah bangunlah bangsa ini di atas kebenaran," ucapnya.
Dia menjelaskan ada tiga poin ketika pejabat salah, bahkan ini sudah dilakukan negara-negara yang bukan mayoritas beragama Islam.
"Contohnya jika politisi salah mengaku tidak apa-apa, kedua laksanakan policy inmplementasi dan disiplin bukan cuma retorika, dan ketiga korupsi memang ada tapi harus dimanage serendah mungkin," jelasnya.
![Wibawanto Nugroho Widodo. [Instagram/@wibawawidodo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/03/75418-wibawanto-nugroho-widodo.jpg)
Ada satu pernyataannya yang langsung disukai banyak orang yakni saat dia menyebut bangsa yang tidak berdiri pada kebenaran akan hilang.
"Bangsa yang tidak berdiri pada kebenaran, bangsa itu akan hilang," ucapnya.
Menurutnya jika tak memegang kebenaran, bangsa ini akan pecah.
Baca Juga: 4 Hari Lalu Jerome Polin Spill Buzzer Pemerintah Bakal Bergerak, Marissya Icha Kini Puji Prabowo
"Akan terombang-ambing karena opini a dan opini b semuanya relatif," tambahnya.
Salah satu tolak ukur, menurutnya, harus memperbaiki kepercayaan publik pada pemerintah. Ini karena sumber dari legitimasi.
"Legitimasi itu tidak bisa dipaksakan, tidak bisa didoktrinkan, harus datang dari kerelaan orang yang di-govern," katanya.
Makanya Presiden Prabowo harus instropeksi agar bisa mendapatkan legitimasi rakyat Indonesia serta dunia untuk mendukungnya melakukan transformasi nasional.
"Kolektif will dari the nation itu harus beliau create dengan natural dan organik," lanjurnya.
Dia juga meminta Presiden Prabowo harus punya gebrakan sendiri meskipun masih sering meminta saran pada pendahulunya.
"Presiden itu boleh saya di-advice oleh mantan presiden, tapi presiden itu harus punya freedom of action senditi dan itu publik bisa menilai," katanya.
Presiden Prabowo juga harus benar-benar bisa membuat para menteri dan pejabat pemerintahan kompak mendukungnya sebelum minta dukungan ke publik.
Pernyataan Wibawanto ini mendapatkan banyak pujian dari netizen karena dirasa memang Prabowo harus melakukan hal tersebut di kondisi seperti ini.
Banyak juga netizen yang jadi penasaran dengan sosok Wibawanto Nugroho ini.
Pria bernama lengkap Wibawanto Nugroho Widodo ini adalah seorang pakar politik. Dia memiliki rekam jejak akademis dan profesional yang luar biasa.
Pria kelahiran 12 Mei 1977 ini dikenal sebagai pakar di berbagai bidang, mulai dari politik, keamanan nasional, pertahanan, strategi, hingga kepemimpinan.
![Wibawanto Nugroho Widodo. [Instagram/@wibawawidodo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/03/22570-wibawanto-nugroho-widodo.jpg)
Jabatan dan pengalamannya pun tak main-main, ia pernah menjadi Staf Ahli Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan menjadi arsitek utama formulasi Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 47 tahun 2023 tentang Strategi Keamanan Siber Nasional dan Manajemen Krisis Siber.
Dia juga merupakan dosen di Program Studi Hubungan Internasional di Universitas Pelita Harapan (UPH) dan pernah menjadi konsultan di World Bank Group.
Berbagai penghargaan internasional dan partisipasi di forum-forum global, seperti "U.S. Army Global Symposium", membuktikan kompetensinya yang diakui dunia.
Dia memiliki latar belakang pendidikan yang sangat mentereng dari berbagai universitas di Indonesia dan luar negeri.
Mulai dari Sarjana Ekonomi dari Universitas Trisakti, kemudian mendapatkan gelar M.A. in International Business and Management dari University of Bradford di Inggris.
Lanjut lagi M.A. in Strategic Security Studies & War College Diploma in Irregular Warfare and Combating Terrorism dari U.S. National Defense University di Washington, D.C.
Dia pun meraih Master of Public Policy (M.P.P.) dari Schar School of Government and Policy, George Mason University di Virginia.
Terakhir geral Ph.D dari University of Exeter di Inggris.
Selama menempuh pendidikan di Amerika Serikat dan Inggris, ia dibimbing oleh para pakar di bidang ilmu politik, strategi, dan pertahanan.
Dua tesisnya, yaitu tesis M.A. di U.S. National Defense University (2007) dan tesis Ph.D. di University of Exeter (2018), bahkan mendapat perhatian global dan penghargaan.
Kontributor : Tinwarotul Fatonah