Suara.com - Dalam lanskap musik dan sinema Indonesia yang terus berkembang, jarang sekali sebuah kolaborasi mampu menghadirkan perpaduan sempurna antara teror visual dan kritik sosial yang menggelegar.
Namun, itulah yang berhasil dicapai oleh band rock progresif Zima melalui single terbaru mereka, "Muda dan Tak Berguna," yang secara resmi didapuk sebagai soundtrack utama untuk film horor produksi Mahakarya Pictures, Rest Area.
Lebih dari sekadar pengiring adegan, lagu ini adalah denyut emosional yang senyawa dengan narasi kelam film, menguliti kesewenang-wenangan kaum berkuasa terhadap yang lemah dengan keberanian yang patut diacungi jempol.
Zima, yang digawangi oleh Momo (gitar, vokal), Zuhdil (gitar), Ismeth (kibor), Andi Babon (drum), dan Agib Tanjung (bass), bukanlah nama baru dalam kancah musik rock Indonesia.
Empat dari lima personelnya membawa warisan kuat dari band legendaris Captain Jack, sebuah nama yang identik dengan lirik-lirik lantang yang menyuarakan isu-isu sosial dan ketidakadilan.
![Band Zima rilis lagu "Muda dan Tak Berguna" untuk soundtrack film horor Rest Area. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/09/04/25780-band-zima.jpg)
Dengan darah yang sama mengalir dalam nadi mereka, Zima hadir sebagai evolusi yang lebih segar, namun tetap menyimpan energi perlawanan dan kritik yang kuat, sebuah identitas yang kini mereka proyeksikan dengan tajam melalui "Muda dan Tak Berguna."
Lirik-lirik dalam "Muda dan Tak Berguna" tidak sekadar puitis; ia adalah tamparan keras terhadap realitas sosial.
Frasa seperti "hilang manusiawi, yang penting kejar harta" dan "suara kami tak didengarkan, melawan pasti akan dibungkam" adalah cerminan wajah gelap ketidakadilan yang kerap terjadi di sekitar kita.
Zima dengan berani menyoroti keserakahan, korupsi moral, dan penindasan yang seringkali dibungkus rapi dalam kemasan kekuasaan.
Baca Juga: Ramai Gelombang Demonstrasi, Bagaimana Nasib Konser Muse yang Digelar September Ini?
Semangat perlawanan ini berpadu erat dengan narasi Rest Area, sebuah film karya sutradara Aditya Testarossa yang bercerita tentang lima anak muda "crazy rich" yang terjebak di sebuah rest area terpencil.
Mereka harus berhadapan dengan Hantu Kresek, simbol dendam dari tanah yang dirampas demi pembangunan, sebuah alegori kuat tentang dosa-dosa masa lalu yang tak pernah benar-benar terkubur.
Momo, vokalis Zima, mengungkapkan esensi di balik lagu ini. "Buat kami, 'Muda dan Tak Berguna' bukan sekadar lagu, tapi ekspresi kemarahan. Dan kami rasa, film Rest Area jadi medium yang tepat untuk mempertemukan musik ini dengan cerita yang punya semangat senada," ujarnya.
Pernyataan ini menegaskan bahwa kolaborasi ini bukan hanya transaksi komersial, melainkan pertemuan dua entitas kreatif yang memiliki visi dan misi serupa: menyuarakan ketidakpuasan dan membangkitkan kesadaran melalui karya seni.
Aditya Testarossa, sutradara Rest Area juga mengakui kedalaman kontribusi Zima.
"Musik Zima memberi dimensi lain pada Rest Area. Lagu 'Muda dan Tak Berguna' menangkap amarah dari cerita ini, tapi juga memberikan suara pada mereka yang selama ini tak terdengar. Jadi, film dan lagu ini saling melengkapi," imbuhnya.
Ini menunjukkan bahwa soundtrack ini tidak hanya berfungsi sebagai latar belakang, melainkan sebagai perpanjangan pesan film itu sendiri.
Jika Rest Area menyuguhkan teror melalui sosok Hantu Kresek dan kelamnya dendam masa lalu, Zima menerjemahkannya ke dalam musik yang keras, lirik yang menohok, dan energi yang meledak-ledak, menciptakan pengalaman horor yang tak hanya menakutkan, tetapi juga mengusik kesadaran.
Film Rest Area sendiri menjanjikan sebuah pengalaman sinematik yang mencekam sekaligus penuh makna.
Mengisahkan lima anak muda dari kalangan "crazy rich" yang terjebak di sebuah rest area terpencil dalam perjalanan malam mereka, tempat singgah itu berubah menjadi mimpi buruk saat Hantu Kresek, roh gentayangan dengan wajah tertutup plastik hitam, muncul menuntut balas atas dosa masa lalu.
Film ini adalah alegori tajam tentang kerakusan, kesewenang-wenangan, dan dosa besar pembangunan yang seringkali mengorbankan hak-hak rakyat kecil.
Dengan penayangan di bioskop seluruh Indonesia mulai 20 Oktober 2025, Rest Area bersama "Muda dan Tak Berguna" siap menjadi sorotan.
Zima, dengan napas mengedepankan energi rock yang keras, lirik kritis, dan semangat kebebasan berekspresi, membuktikan bahwa musik tidak hanya untuk hiburan semata.
Ia bisa menjadi alat perlawanan, pengingat, dan suara bagi mereka yang terpinggirkan.
Kolaborasi antara Zima dan Rest Area ini adalah contoh nyata bagaimana seni, baik musik maupun film, dapat bersinergi untuk menciptakan karya yang berani, relevan, dan memiliki dampak sosial yang mendalam, mendorong penonton untuk tidak hanya menikmati, tetapi juga merenung dan bertindak.