- Video kinerja Presiden Prabowo di bioskop dinilai tidak efektif.
- Penonton bioskop dianggap bukan target audiens yang tepat.
- Iklan tersebut dicurigai sebagai propaganda yang didanai uang pajak.
Suara.com - Musisi Kunto Aji turut mengkritik penayangan video capaian kinerja Presiden Prabowo Subianto di sejumlah bioskop di seluruh Indonesia.
Video capaian kinerja Presiden Prabowo Subianto yang muncul sebelum film utama mulai diputar di bioskop itu menuai pro dan kontra.
Melalui akun X-nya, pelantun "Rehat" ini secara blak-blakan membongkar beberapa poin yang menurutnya membuat strategi promosi tersebut tidak efektif dan bahkan terkesan kontraproduktif.
Sebab, video yang ditayangkan tersebut berkaitan dengan program Presiden Prabowo Subianto berupa Makan Bergizi Gratis (MBG) dan program Koperasi.
"Yang dipromosiin MBG, Koperasi. Program yang paling banyak dipertanyakan gunanya," ujar Kunto Aji dalam cuitannya di X, Senin 15 September 2025.
Namun, Kunto Aji menilai ada ketidaksesuaian antara konten yang dipromosikan, media yang digunakan, dan target audiensnya.
Lebih lanjut, ia mempertanyakan pemilihan bioskop sebagai media promosi pencapaian program Prabowwo Subianto tersebut.
Kunto Aji berpendapat bahwa penonton bioskop, yang mayoritas adalah kalangan menengah terdidik, bukanlah audiens yang tepat untuk disuguhi iklan semacam itu.
Kalangan ini, menurutnya, cenderung lebih kritis dan sudah memiliki akses informasi yang luas.
"Terus bikin beginian di bioskop di mana penikmat bioskop ya minimal kelas menengah terdidik," lanjut Kunto Aji.
Baca Juga: Berapa Tarif Endorse Tasya Farasya? Mendadak Pamit dari Media Sosial
Puncak dari kritiknya adalah sebuah pernyataan menohok yang menyindir motivasi di balik pembuatan video promosi tersebut.
Kunto Aji seolah menyiratkan ide penayangan video pencapaian Prabowo Subianto tersebut salah satu cara untuk menjilat dan tak perlu orang kompeten untuk membuatnya.
"Untuk sekedar bisa punya ide begini, level menjilat, inkompeten dan ABS-nya gak ketolong," ujarnya.
Kritik Kunto Aji ini seolah mewakili kegelisahan sebagian besar warganet yang juga merasa terganggu dengan penayangan video tersebut.
Cuitannya pun dipenuhi oleh komentar senada dari berbagai kalangan, termasuk dari jurnalis dan sutradara dokumenter, Dandhy Laksono.
Ada pula yang mengeluhkan penggunaan anggaran, yang diduga berasal dari uang pajak untuk membuat iklan yang dinilai sebagai propaganda.
"Propaganda 1 persen, mroyek 99 persen," kata Dandhy Laksono.
"Duit pajak gue dipakai ngiklan propaganda begini najis," kata @urufa**.
"Haus validasi," kata @kazan**.
"Mereka sadar programnya gak berdampak, tapi NPD akut, caper terus," kata @rakajuara**.