- Tasya Farasya menggugat cerai suaminya, Ahmad Assegaf.
- Perjalanan cinta mereka selalu diwarnai oleh kebetulan angka 7.
- Angka 7 dianggap istimewa dalam berbagai budaya dan agama.
Suara.com - Kabar gugatan cerai yang dilayangkan Tasya Farasya terhadap suaminya, Ahmad Assegaf sontak membuat publik heboh.
Di balik kabar keretakan rumah tangga tersebut, warganet justru menyoroti kebetulan-kebetulan yang melibatkan angka 7 dalam perjalanan cinta Tasya Farasya dan Ahmad Assegaf.
Karena sejak awal, mereka sempat menjalin hubungan jarak jauh (LDR) selama 7 tahun.
Saat itu Ahmad menempuh pendidikan di luar negeri, sementara Tasya berkuliah di Indonesia.
Setelah 7 tahun LDR, akhirnya mereka pun menikah pada 18 Februari 2018.
Bukan main, beauty vlogger ini menggelar acara pernikahan super megah juga selama 7 hari 7 malam.

Sayangnya, pernikahan bak dongeng itu kini berada di ujung tanduk. Tasya Farasya resmi menggugat cerai Ahmad Assegaf pada 12 September 2025, tepat di tahun ke-7 pernikahan mereka.
Fenomena angka 7 dalam kisah Tasya Farasya dan Ahmad Assegaf ini lantas menjadi perhatian publik.
"Dia menggugat cerai suaminya di usia pernikahan 7 tahun yang dirayakan 7 hari 7 malam," komentar akun @momsky_mb** di Instagram Tasya Farasya.
Baca Juga: Perubahan Dagu Iriana Jokowi Dulu dan Sekarang Disorot: Tajam ke Bawah Kayak Hukum Indonesia
Lalu, apakah benar angka 7 itu keramat?
Angka 7 memang dianggap memiliki makna khusus di berbagai budaya dan agama, sering kali melambangkan kesempurnaan dan kelengkapan.
Dalam tradisi Kristen, angka 7 melambangkan kesempurnaan ilahi yang merujuk pada penciptaan dunia dalam 7 hari.
Sementara dalam tradisi adat Jawa, angka 7 kerap digunakan dalam sesaji sebagai permohonan kepada Tuhan.
Dalam ajaran Islam sendiri, angka 7 juga memiliki tempat yang sangat istimewa.
![Potret Akad Nikah Tasya Farasya.[Instagram/@tasyafarasya]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/15/98211-potret-akad-nikah-tasya-farasyainstagramattasyafarasya.jpg)
Dilansir dari laman NU Online, keistimewaan angka 7 ini mendorong Syekh Abi Nashr Muhammad bin Abdur Rahman al-Hamdani untuk mengungkap misterinya.
 
                 
             
                 
                 
                 
         
         
         
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                     
                     
                     
                     
                     
             
             
             
             
                     
                     
                     
                    