-
Seorang selebgram mencoba langsung sensasi mencuci di “Laundry Majapahit” yang viral dengan konsep manualnya.
-
Ia terkejut melihat pelanggan mencuci sendiri di rooftop dengan papan gilas, menciptakan suasana komunal yang hangat.
-
Pengalamannya yang lucu dan jujur menegaskan bahwa daya tarik utama laundry ini adalah kebersamaan dan nostalgia, bukan sekadar harga murah.
Suara.com - Fenomena Laundry Majapahit yang unik dengan konsep cuci manualnya terus menarik rasa penasaran publik, termasuk para kreator konten di media sosial.
Baru-baru ini, seorang selebgram memberanikan diri untuk membuktikan langsung sensasi mencuci di tempat yang viral tersebut.
Pengalamannya yang penuh keterkejutan, kebingungan, dan tawa ia bagikan dalam sebuah video yang kini ikut menjadi perbincangan hangat.
Perjalanan sang selebgram dimulai dengan langkah ragu-ragu saat memasuki sebuah lorong yang remang-remang dan tampak sederhana.
"Ini seriusan tempat laundry? Horor gitu yak?" gumamnya, menunjukkan skeptisisme awal terhadap lokasi yang jauh dari citra laundry modern.
Namun, keraguannya segera sirna saat ia disambut oleh keramahan sang pemilik, Yati Majapahit.
Setelah menimbang cuciannya yang seberat satu kilogram, ia dijelaskan aturan main yang tak biasa.
Dengan tarif hanya Rp 2.000, ia berhak mendapatkan sebungkus deterjen gratis dan dipersilakan memilih papan penggilesan-nya sendiri.
Raut wajahnya yang bingung saat mendengar istilah tersebut menjadi awal dari serangkaian momen kocak.
Baca Juga: Sinyorita Esperanza Bisa Berjalan Normal Usai 9 Bulan Patah Tulang
Puncak keterkejutannya terjadi saat ia melangkah ke area cuci. Bukan deretan mesin cuci yang ia temukan, melainkan sebuah rooftop yang ramai dipenuhi orang-orang yang duduk lesehan, asyik menggosok pakaian di atas papan gilas kayu.
"Buset, ini gua nyuci sendiri!?" serunya dalam hati, tak percaya dengan pemandangan di hadapannya.
Video tersebut dengan sempurna menangkap ekspresinya yang masih mencoba memproses keadaan, seolah tak percaya bahwa konsep self-laundry di sini benar-benar harfiah.
Tanpa pilihan lain, ia pun melepas sandalnya, menyingsingkan celananya, dan bergabung dengan keramaian.
Suasana yang ia temukan ternyata jauh dari kata melelahkan. Tempat itu lebih terasa seperti sebuah ajang kumpul-kumpul yang seru.

Tawa, obrolan, dan interaksi hangat antar pelanggan menciptakan atmosfer komunal yang tidak akan pernah ditemukan di laundry koin.