-
Pemilihan Desta sebagai Dono picu perdebatan pro dan kontra.
-
Citra politik Desta dibanding-bandingkan dengan sosok kritis mendiang Dono.
-
Polemik ini campur adukkan seni peran dengan pandangan politik.
Suara.com - Kabar pemilihan Deddy Mahendra Desta untuk memerankan karakter legendaris Dono dalam film terbaru 'Warkop DKI Reborn' sontak memicu perdebatan panas di media sosial.
Berawal dari unggahan akun X (dulu Twitter) @IndoPopBase yang menampilkan wajah Desta dan Dono bersebalahan.
Pada unggahannya, akun X tersebut menjelaskan Desta akan memerankan Dono dalam Warkop DKI Reborn bersama Tora Sudiro dan Vino G Bastian.
Sebelumnya, karakter Dono ini diperankan oleh Abimana Aryasatya.
"Desta to star as Dono in the upcoming ‘Warkop DKI’ film alongside Tora Sudiro and Vino G. Bastian," tulis akun tersebut, disertai foto perbandingan Desta dan mendiang Dono pada Rabu 5 November 2025.
Tak butuh waktu lama, kolom komentar unggahan tersebut langsung dibanjiri reaksi pro kontra.
Sejumlah warganet menyoroti perbedaan tajam antara rekam jejak mendiang Dono yang dikenal sebagai aktivis dan pengkritik rezim Orde Baru.
Sedangkan, citra Desta dianggap dekat dengan pemerintah saat ini.
"Perasaan Dono yang gua tahu itu penantang rezim deh, kok malah diperanin sama penyepong rezim," tulis akun @koootoshi*** dengan tajam.
Baca Juga: Dibantah Teman Sabrina Alatas, Raisa Pernah Ngode soal Pinterest dan Memasak
"Di Indonesia kayaknya para sutradara gak melek sama citra dan sepak terjang aktor aktris yang dipilih dah. Pantesan film Indonesia tembus ajang penghargaan tinggi... masih jauh dari kata hebat," komentar akun @jktgh**.
"Bau-bau film kena boikot nih," kata @wisnu**.
"Males gue nonton ada Desta si penye**ng Jokowi," timpal @erwinrock**.
Namun, banyak pula yang menilai perdebatan ini tidak relevan dan menyeret urusan politik ke dalam dunia seni peran yang seharusnya terpisah.
Mereka berpendapat bahwa kemampuan akting adalah satu-satunya tolok ukur yang pantas digunakan.
Bahkan, ada pula yang beranggapan mendiang Dono sendiri mampu memisahkan antara aktivitas pribadinya sebagai seorang kritis dan profesionalismenya sebagai seorang seniman.
"Goblok lu, perkara film aja dibawa-bawa politik. Di tempat lu masih pilpres ya," balas akun @lisse**.