Eksklusif: Bagaimana Massive Music Membangun Masa Depan Soundtrack Lewat Teknologi

Yohanes Endra Suara.Com
Rabu, 03 Desember 2025 | 16:04 WIB
Eksklusif: Bagaimana Massive Music Membangun Masa Depan Soundtrack Lewat Teknologi
Irfan Samsons atau Irfan Aulia bersama Massive Music Entertainment kembali meramaikan JAFF Market 2025. [Suara.com/Yohanes Endra]
Baca 10 detik
  • Massive Music Entertainment hadir di JAFF Market 2025 menawarkan solusi berbasis teknologi dan data untuk kurasi lagu film.
  • Inovasi utama Massive Music adalah Composync, teknologi berbasis data untuk efisiensi pencarian dan lisensi musik film.
  • CEO Irfan Aulia menekankan teknologi ini mempercepat pengambilan keputusan musik yang lebih akurat daripada sekadar referensi personal.

Suara.com - Massive Music Entertainment kembali meramaikan JAFF Market 2025 dengan membawa solusi konkret bagi para storyteller, mulai dari produser, sutradara atau editor, dalam menemukan lagu yang tepat untuk sebuah adegan film.

Setelah sukses dengan inisiatif “Music Supervisor” tahun lalu, tahun ini strategi Massive Music bertumpu pada efisiensi berbasis teknologi dan data.

Berbekal slogan #CariLaguCariMassive, Massive Music merespons kebutuhan industri akan proses lisensi dan kurasi yang lebih efisien.

Salah satu inovasi andalan tahun ini adalah Composync, teknologi pencarian lagu berbasis data yang tengah dikembangkan Massive Music.

Sistem ini diproyeksikan dapat memangkas waktu pencarian lagu serta meningkatkan akurasi dalam pemilihan aset musik bagi rumah produksi maupun studio film.

Dalam wawancara khusus, Irfan Aulia, Chief Executive Officer Massive Music, memaparkan perjalanan panjang serta pembaruan yang tengah dilakukan perusahaannya sepanjang 2025.

Irfan menjelaskan bahwa dalam proses menentukan musikalitas sebuah film, ada tiga peran utama yang memegang kendali kreatif: sutradara, executive producer, dan editor. Ketiganya, ujar Irfan, secara alami bekerja berdasarkan muscle memory, referensi musik yang melekat dalam pengalaman personal mereka.

“Kalau aku suka Sheila On 7, Padi, Cokelat, biasanya memoriku balik-baliknya ke sana lagi,” tuturnya.

Padahal, tidak semua adegan membutuhkan musik yang familiar. Banyak momen film yang justru menuntut pilihan yang lebih spesifik dan akurat.

Baca Juga: Soundrenaline Sana-Sini Bandung: Ketika Jalan Braga Menjadi Panggung Kreatif Raksasa

"Bisa saja, musik dalam film tersebut membutuhkan sesuatu yang lebih tepat untuk scene, adegan, soundtrack. Bukan hanya lagu-lagu yang ada di muscle memory kita," imbuh Irfan.

Massive Music Entertainment kembali meramaikan JAFF Market 2025. [Suara.com]
Massive Music Entertainment kembali meramaikan JAFF Market 2025. [Suara.com]

Selama 20 tahun beroperasi, Massive Music telah mengumpulkan puluhan ribu data musik yang kini dapat diolah sebagai rekomendasi kreatif. Irfan memberikan contoh sederhana: untuk adegan pertarungan yang berakhir tragis, sistem mampu memberikan daftar lagu yang sesuai suasana. Dari sana, pengguna dapat menelusuri lagu-lagu serupa untuk menemukan pilihan terbaik.

Kemudian, gitaris sekaligus pendiri band Samsons tersebut menguraikan enam pilar utama pekerjaan seorang music supervisor, dimulai dari creative search, fondasi proses pencarian lagu yang paling sesuai untuk sebuah adegan.

Setelah proses kreatif selesai, barulah rekomendasi disampaikan kepada para pengambil keputusan.

“Yang ingin kami lakukan adalah mengakselerasi proses pengambilan keputusan. Kalau creative search-nya sudah tepat, kita bisa langsung masuk ke tahap berikutnya: perizinan,” ujarnya.

Tahap perizinan meliputi pengecekan pencipta lagu, pengelola hak, hingga kecocokan dengan anggaran musik film tersebut. Setelah itu, proses berlanjut ke administrasi: kontrak, cue sheet, dan dokumen legal lainnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI