Suara.com - Menonton The Manipulated membuat saya merasa seperti ikut naik wahana roller coaster yang awalnya penuh teriakan seru, lalu tiba-tiba berhenti di tengah track karena operatornya lupa menarik tuas.
Awal dramanya kuat, tensinya tinggi, aktingnya mantap, tapi ketika sampai di bagian akhir, yang seharusnya jadi klimaks emosional, yang muncul justru semacam, "Oh… cuma begitu?"
Dari drama yang digadang-gadang akan menjadi salah satu thriller terbaik tahun ini, rasanya sayang sekali eksekusi akhirnya tidak setajam premisnya.
The Manipulated mengikuti Park Tae Joong (Ji Chang Wook), seorang pria biasa yang tiba-tiba terlibat dalam kasus kejahatan keji dan dipenjara tanpa alasan yang jelas.
Semua itu ternyata adalah permainan yang dirancang oleh Ahn Yo Han (Do Kyung Soo), sosok jenius kejam yang memperlakukan hidup orang lain seperti papan catur.
Dari sinilah perjalanan balas dendam dimulai, dan saya pun sudah siap menyaksikan tabrakan dua karakter kuat. Sayangnya, ekspektasi itu tidak benar-benar terbayar.
Awal yang Kuat, Tengah Mulai Goyang

Episode pertama sampai ketiga rasanya seperti menonton thriller kelas premium, ritmenya cepat, konfliknya intens, dan misterinya terasa menggigit.
Jika pernah menonton Fabricated City, premisnya memang mirip karena memang adaptasi, hanya saja versi drama ini punya potensi lebih besar karena durasinya lebih panjang.
Namun masalah muncul di bagian tengah ketika alurnya mulai melebar ke mana-mana.
Baca Juga: Curi Perhatian di The Manipulated, Ini Tiga Drama Lain dari Jo Yoon Soo
Ada momen yang terasa "dipaksa tegang," ada pula bagian yang seolah ingin menjadi Squid Game mini demi alasan semata agar Tae Joong punya akses keluar penjara.
Di titik ini, alurnya mulai kehilangan fokus, dan saya mulai bertanya apakah penulis cerita ingat apa tujuan utamanya.
Karakter yang Menarik tapi Minim Asal-Usul

Aktor di drama ini bekerja dengan sangat baik, bahkan terlalu baik sampai-sampai kualitas akting mereka menutupi kelemahan naskah.
Kyung Soo tampil luar biasa sebagai Yo Han, psikopat dengan tatapan dingin yang cukup membuat saya merapatkan selimut padahal sedang menonton siang hari. Namun justru karakter sekuat ini tidak diberi latar belakang memadai.
Apa yang membuatnya seperti itu? Bagaimana masa kecilnya? Bagaimana hubungannya dengan ibunya? Tidak ada jawaban. Kita hanya diberi potongan kecil tanpa kelanjutan.
Karakter lain pun begitu, ada yang hanya muncul untuk mati, ada yang hadir untuk melengkapi adegan tetapi tidak diberi peran berarti.