Suara.com - Netflix Korea kembali mengisi 2025 dengan deretan drama original yang berani secara tema, matang secara produksi, dan kuat secara emosi.
Berbagai genre, mulai dari sejarah, thriller psikologis, medis, hingga fantasi romantis, berhasil menyedot perhatian penonton global sepanjang tahun.
Netflix tidak hanya mengandalkan popularitas bintang besar, tetapi juga kualitas cerita, sinematografi sinematik, serta keberanian mengeksplorasi isu sosial.
Dalam kaleidoskop akhir tahun ini, tujuh drama Korea original Netflix menonjol sebagai yang terbaik dan paling berpengaruh sepanjang 2025.
1. When Life Gives You Tangerines

When Life Gives You Tangerines layak disebut mahakarya karena visualnya setara film layar lebar dengan emosi yang menyayat hati.
Berlatar Pulau Jeju tahun 1950-an, drama ini mengikuti perjalanan hidup Ae Sun dan Gwan Sik dalam bayang-bayang kemiskinan pascaperang.
Alur maju-mundur antara masa muda dan masa tua memperkaya narasi sekaligus menegaskan ketangguhan manusia menghadapi luka sejarah.
Akting IU dan Park Bo Gum terasa jujur, sederhana, namun menghantam emosi penonton secara perlahan.
2. Squid Game Season 3

Squid Game Season 3 menjadi penutup yang emosional sekaligus pahit dari perjalanan panjang fenomena global Netflix ini.
Baca Juga: Ending Ipar Adalah Maut The Series Bikin Penonton Emosi, Ada Season 2?
Musim terakhir langsung melanjutkan konflik Song Gi Hun dan Front Man dengan taruhan moral yang jauh lebih personal.
Permainan terakhir tidak lagi sekadar soal bertahan hidup, melainkan pertarungan ideologi dan rasa bersalah masa lalu.
Meski berakhir bittersweet, banyak penonton merasa misteri organisasi akhirnya terjawab secara tuntas.
3. The Trauma Code: Heroes on Call

The Trauma Code: Heroes on Call menghadirkan drama medis yang brutal, realistis, dan jauh dari romantisasi profesi dokter.
Ju Ji Hoon tampil kuat sebagai dokter bedah yang menolak politik rumah sakit demi menyelamatkan nyawa pasien.
Detail teknologi medis dan prosedur operasi ditampilkan intens, menegangkan, serta penuh tekanan psikologis.
Drama ini menyoroti kegagalan, trauma, dan beban mental tenaga medis dengan cara yang jujur.
4. Weak Hero Class 2

Weak Hero Class 2 tampil lebih besar dan gelap setelah pindah ke Netflix dengan skala aksi yang meningkat signifikan.
Kisah Yeon Si Eun berlanjut di sekolah baru dengan ancaman geng kriminal yang jauh lebih berbahaya.
Pertarungan tidak lagi sekadar konflik remaja, tetapi sudah menyentuh dunia kriminal terorganisir.
Park Ji Hoon kembali mencuri perhatian lewat karakter rapuh yang berubah brutal saat bertarung.
5. Mercy for None

Mercy for None menjadi drama aksi paling keras dan maskulin yang dirilis Netflix Korea sepanjang 2025.
So Ji Sub memerankan mantan petarung yang kembali ke dunia kriminal demi membalas kematian adiknya.
Koreografi aksi panjang tanpa banyak CGI memberikan kesan realistis dan sangat intens.
Drama ini menegaskan bahwa balas dendam selalu meninggalkan kehampaan, bukan kemenangan.
6. As You Stood By

As You Stood By menghadirkan thriller psikologis yang berakar pada trauma masa lalu dan solidaritas dua perempuan yang terdesak keadaan.
Jeon So Nee dan Lee You Mi sukses membius pemirsa dengan akting mereka yang mengesankan.
Kisahnya tentang Hui Su yang terus-menerus jadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh suaminya, Noh Jin Pyeo.
Didorong keputusasaan, Hui Su bekerja sama dengan Eun Su membunuh Jin Pyo demi memotong siklus kekerasan yang tak berujung.
7. Genie, Make a Wish

Genie, Make a Wish menghadirkan keseimbangan manis antara komedi fantasi dan emosi yang menyentuh.
Kim Woo Bin dan Suzy membangun chemistry unik antara makhluk penuh emosi dan manusia tanpa perasaan.
Setiap permintaan yang dikabulkan selalu membawa konsekuensi sosial yang tak terduga.
Perlahan, cerita berkembang menjadi refleksi tentang pengorbanan dan makna kebahagiaan.
Kaleidoskop 2025 membuktikan bahwa drama Korea original Netflix telah melampaui sekadar hiburan populer.
Dengan keberanian bercerita, kualitas produksi tinggi, dan kedalaman emosi, tujuh judul ini meninggalkan jejak kuat.
Kontributor : Chusnul Chotimah