9 Pertanyaan Seputar Vaksin Covid-19

Rabu, 10 Februari 2021 | 18:31 WIB
9 Pertanyaan Seputar Vaksin Covid-19
Petugas medis menyiapkan Vaksin COVID-19 Sinovac yang akan disuntikan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Duren Sawit, Jakarta, (14/1/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Suara.com - Meski vaksin Covid-19 telah mulai diproduksi dan diedarkan, pertanyaan seputar vaksin ini masih terus datang dari berbagai penjuru dunia. Banyak pihak optimis, namun tak sedikit yang masih meragukannya. Dilansir dari Healthline, berikut beberapa pertanyaan seputar vaksin Covid-19 yang masih banyak beredar.

1. Berapa Lama Vaksin Akan Efektif?
Dengan kecepatan persetujuan yang didapat vaksin Covid-19, mulai dari pendaftaran hingga penerimaan, tidak ada informasi yang jelas tentang berapa lama vaksin ini akan efektif.

Berdasarkan uji klinis Moderna dan Pfizer, yang keduanya dimulai pada akhir Juli, para ahli telah mampu menunjukkan bahwa vaksin tersebut memiliki perlindungan yang tahan lama, namun jangka waktu sebenarnya masih belum diketahui.

Namun, dengan data yang tersedia, penelitian menunjukkan perlindungan yang berkelanjutan sejak awal uji coba, dengan pemantauan lebih lanjut terhadap peserta uji coba dalam beberapa bulan dan tahun mendatang, kemungkinan adanya kekebalan dalam jangka panjang.

2. Seberapa Efektif Vaksin Pada Populasi Umum?
Meskipun ada perlindungan yang kuat terhadap virus corona, masih ada kemungkinan seseorang bisa tertular setelah divaksinasi. Vaksin membutuhkan waktu untuk memberikan perlindungan, dan tidak ada vaksin yang sempurna.

Vaksin Pfizer dikatakan 95 persen efektif, menurut bukti yang dikeluarkan oleh regulator. Vaksin Moderna tampaknya efektif hingga sekisar 94 persen. Bahkan setelah mendapatkan vaksin ini, mungkin diperlukan beberapa minggu bagi tubuh untuk mulai membangun kekebalan setelah. Namun, seseorang dapat terkena virus sebelum atau bahkan setelah mendapatkan vaksinasi.

3. Vaksin Covid-19 Masih Ditujukan Untuk Kelompok Tertentu, Kapan Masyarakat Umum Bisa Mendapatkannya?

Persediaan awal vaksin Covid-19 memang terbatas, sehingga hanya kelompok tertentu yang diperbolehkan untuk divaksinasi.

“Berdasarkan proyeksi saat ini, orang yang sehat di bawah usia 65 tahun tanpa kondisi medis yang membuat mereka berisiko lebih tinggi terkena komplikasi Covid-19, dan tidak termasuk dalam kategori prioritas. Mungkin mereka bisa mendapatkan vaksinasi untuk mereka pada awal musim semi, akhir Maret hingga April, ” Ungkap Dr. Aadia Rana, profesor kedokteran di Divisi Penyakit Menular Universitas Alabama-Birmingham.

Baca Juga: Banyak Hoaks, Ketua Satgas Covid-19 IDI Jelaskan 5 Fakta Seputar Vaksinasi

4. Bagi Yang Berencana Hamil Di Tahun 2021, Haruskah Menunggu Vaksin?
Sebagian besar data yang dikumpulkan masih data baru, dan perusahaan farmasi tidak secara khusus menyertakan orang yang berencana hamil dalam uji klinis mereka. Oleh karena itu, tidak ada data yang menunjukkan keamanan vaksin pada orang yang berencana hamil.

Akibatnya, tidak ada rekomendasi resmi di Amerika Serikat untuk keluarga yang ingin hamil. Pada peserta uji klinis fase 2 dan fase 3, beberapa orang kemudian hamil.

Banyak orang di Amerika Serikat menganjurkan agar orang yang sudah hamil mendapatkan vaksinasi. Di sisi lain, Komite Bersama Vaksinasi dan Imunisasi Inggris memperingatkan bahwa "wanita harus disarankan untuk tidak mengajukan vaksinasi jika mereka mungkin hamil atau merencanakan kehamilan dalam waktu 3 bulan sejak dosis pertama."

5. Setelah Vaksinasi, Apakah Kehidupan Akan Kembali Normal?
Meskipun banyak yang percaya bahwa kehidupan akan kembali normal setelah mereka divaksinasi, namun tidak sepenuhnya normal.

“Sampai kita memiliki 70 hingga 80 persen individu yang divaksinasi, masih akan ada populasi besar yang rentan berisiko terhadap morbiditas dan mortalitas akibat virus,” ungkap Bernstein.

Selain itu, uji coba vaksinasi ini menunjukkan pencegahan hanya terhadap penyakit simptomatik.

“Uji coba tidak dirancang untuk melihat dampak infeksi tanpa gejala. Dan seperti yang kita semua tahu, orang tanpa gejala masih bisa menularkan penyakit,” ujar Rana.

6. Apakah Yang Sudah Terjangkit Covid-19 Harus Diimunisasi?
Rekomendasi saat ini menyarankan bahwa mereka yang sudah tertular Covid-19 tetap mendapatkan vaksin.

Meskipun infeksi alami oleh virus memberi Anda kekebalan, itu tidak memberi Anda perlindungan secara penuh. Vaksin secara khusus dibuat untuk menetralkan virus. Dengan memiliki vaksin, infeksi berulang Covid-19 sangat berkurang dan dapat membantu pencegahan infeksi pada mereka yang rentan beresiko.

7. Apakah Ibu Menyusui Boleh Divaksinasi?
Dengan uji coba yang sudah dilakukan, data mengenai ibu menyusui dan vaksin Covid-19 belum secara formal dipelajari.

Menurut CDCTrusted Source, ibu menyusui merupakan salah satu kelompok yang direkomendasikan untuk menerima vaksin Covid-19, seperti halnya petugas kesehatan, dapat memilih untuk divaksinasi.

Baik vaksin Pfizer maupun Moderna adalah jenis mRNA, dan dianggap tidak berisiko bagi bayi yang sedang disusui.

8. Kapan Ibu Hamil Bisa Divaksinasi?
Uji coba vaksin Covid-19 yang sedang diselesaikan oleh beberapa perusahaan tidak menyertakan orang hamil. Secara historis, pembuat obat dan vaksin cenderung enggan memasukkan ibu hamil ke dalam uji klinis awal karena takut mengancam kehamilan.

Studi pada ibu hamil direncanakan meskipun American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menganjurkan untuk memasukkan mereka ke dalam uji coba awal.

Namun, data dari studi toksisitas reproduksi dan perkembangan hewan (DART) sedang berlangsung, dan studi pada manusia sedang direncanakan.

“Saat ini, kami tidak yakin ada alasan untuk khawatir pada ibu hamil. Kami mendorong wanita hamil untuk berbicara dengan dokter kandungan mereka jika mereka memiliki pertanyaan atau kekhawatiran,” kata Dr. Keipp Talbot, profesor kedokteran di Divisi Penyakit Menular di Vanderbilt University Medical Center.

Banyak ahli memperingatkan bahwa memiliki Covid-19 selama kehamilan mungkin lebih buruk daripada hasil potensial dari vaksin mRNA yang baru-baru ini mendapat izin darurat dari FDA.

“Meskipun saat ini tidak ada data yang tersedia tentang keamanan vaksin pada wanita hamil, saya percaya wanita hamil harus tahu bahwa vaksin mRNA bukanlah vaksin hidup dan itu terdegradasi dengan cepat oleh proses sel normal. Akibatnya, ia tidak memasuki inti sel, atau mengubah DNA-nya," kata Talbot.

Rana juga mendukung orang yang sedang hamil untuk mendapatkan vaksin.

“Ada peningkatan risiko penyakit parah yang dilaporkan termasuk masuk ke ICU [unit perawatan intensif], ventilasi mekanis, dan kematian di antara wanita hamil dengan Covid-19,” katanya.

“Seorang wanita hamil harus mendiskusikan pilihan vaksin dengan penyedia layanan kesehatannya untuk membantu membuat keputusan yang tepat,” kata Rana.

9. Apakah Orang Harus Mendapatkan Vaksin Covid-19 Setiap Tahun Seperti Halnya Vaksin Influenza?
Para peserta uji klinis mendapatkan vaksin Covid-19 pada akhir Juli, dan otorisasi darurat vaksin diberikan pada Desember. Sehubungan dengan hal ini, tidak diketahui berapa lama kekebalan akan bertahan dengan vaksin ini.

Peserta uji klinis awal masih dipantau, jadi kami hanya ada data sejak saat itu.

Persyaratan vaksin baru untuk influenza lebih berkaitan dengan perubahan sifat strain virus yang menyebabkan penyakit. Namun, tampaknya tidak ada jenis Covid-19 yang berbeda-beda.

“Kami tidak memiliki bukti saat ini tentang jenis SARS-CoV-2 yang berbeda secara klinis, virus yang menyebabkan COVID-19. Data yang tersedia menunjukkan kekebalan abadi hampir 120 hari, dan kami berharap mendapatkan lebih banyak bukti seiring berjalannya waktu,” kata Rana.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI