- Menurut data 10-15 persen pria infertil mengalami azoospermia, yaitu kondisi sperma kosong dalam air mani.
- Sekitar 30 persen infertilitas pasangan usia produktif di Indonesia disebabkan oleh faktor pria karena gaya hidup tidak sehat.
- Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang mampu mengembalikan jumlah sperma kosong.
Suara.com - Jika berpikir masalah infertilitas atau kemandulan hanya dibebankan pada perempuan, pemikiran itu sebaiknya ditinggalkan. Ini karena data menunjukkan 10 hingga 15 persen pria infertil mengalami azoospermia atau sperma kosong.
Data ini sudah dipublikasikan laman National Library of Medicine pada November 2023. Dikatakan dari total pasangan di dunia, 15 persen di antaranya mengalami infertilitas. Pria juga turut memainkan peran penting penyumbang gangguan kesuburan pada pasangan.
Ini karena dari total populasi, satu persen pria mengalami infertilitas yang disebabkan berbagai faktor termasuk gaya hidup tidak sehat seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, makanan tinggi gula dan pengawet, hingga kurang tidur.
Azoospermia adalah kondisi sperma kosong, di mana tidak ditemukan satu pun sperma dalam air mani.
Dokter Spesialis Andrologi di Eka Hospital Grand Family PIK, dr. Christian Christoper Sunnu, Sp.And menjelaskan azoospermia adalah masalah medis serius yang membuat program kehamilan mustahil terjadi. Sayangnya, kebanyakan pasien tidak menyadari kondisi ini.
“Azoospermia atau sperma kosong adalah kondisi medis serius. Banyak pasien tidak menyadari karena secara fisik tampak sehat, namun saat diperiksa ternyata tidak ditemukan sperma sama sekali,” ujar dr. Christian di Jakarta beberapa waktu lalu.
Di Indonesia sendiri, sekitar 4 hingga 6 juta pasangan usia produktif mengalami infertilitas. Dari jumlah tersebut, sekitar 30 persen disebabkan oleh faktor pria. Ironisnya, dalam setengah abad terakhir jumlah sperma pria di dunia juga tercatat menurun lebih dari 50 persen.
Menurut dr. Christian, gaya hidup berperan besar dalam penurunan kualitas dan jumlah sperma. Apalagi testis sebagai satu-satunya organ yang memproduksi sperma, merupakan organ yang sensitif sehingga makanan tidak sehat seperti ultra processed food (UPF) hingga stres kronis bisa sangat menganggu fungsinya.
“Testis itu organ yang sangat sensitif. Sekali rusak, sangat sulit dikembalikan ke kondisi awal. Karena itu kesehatan testis harus dijaga sejak muda, bukan baru sadar setelah menikah,” jelasnya.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Sepatu Eiger Pria Murah tapi Stylish: Cocok Buat Jalan-Jalan Libur Nataru 2025
Azoospermia sendiri terbagi menjadi dua tipe, yakni obstruktif dan non-obstruktif. Tipe non-obstruktif yang paling sering dikaitkan dengan gaya hidup umumnya terjadi akibat gangguan produksi sperma. Kondisi ini bisa dipicu oleh rokok, konsumsi makanan tinggi gula dan pengawet, penggunaan hormon atau obat-obatan tertentu tanpa pengawasan medis, hingga infeksi seperti gondongan dan Covid-19.
Meski tersedia beberapa terapi seperti suntik hormon atau terapi sel punca, dr. Christian menegaskan hingga kini belum ada pengobatan yang mampu mengembalikan jumlah sperma dari nol menjadi normal secara penuh. Karena itu, banyak pasien azoospermia akhirnya harus menjalani program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) untuk memiliki keturunan.
Ia pun mengimbau pria untuk lebih peduli pada kesehatan reproduksi sejak dini dengan menerapkan pola hidup sehat, menghindari rokok dan alkohol, menjaga kualitas tidur, mengelola stres, serta tidak sembarangan mengonsumsi hormon atau suplemen.
“Kesadaran adalah langkah pertama. Jangan menunggu sampai menikah atau sulit punya anak baru memeriksakan diri,” pungkas dr. Christian.