Jumantik atau Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk DBD (Aedes Aegypti) di wilayahnya serta melakukan pelaporan dan pemberantasan nyamuk.
"Kalau jumantik tidak ada, minimal setiap rumah punya tanggung jawab 4 rumah di sekitarnya depan, belakang, kanan dan kiri rumah selain rumahnya sendiri untuk memastikan tidak ada jentik nyamuk," ungkap Psikolog sekaligus Publik Figur, Tika Wibisono yang ikut hadir di lokasi acara.
3. Lakukan Vaksinasi DBD
Setelah memakan waktu hingga 15 tahun untuk membuat vaksin DBD Qdenga, kini bisa diakses masyarakat umum bahkan sudah bisa digunakan untuk anak usia 6 tahun hingga 45 tahun. Dengan interval 2 kali dosis suntik, maka bisa melindungi seumur hidup dari DBD dan menurunkan risiko kematian hingga 90 persen.
Vaksin DBD juga membantu kampanye dari 3M yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang yang tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti. Lalu diubah menjadi 3MPlus Vaksin DBD, sehingga pencegahan penyakit yang bisa menyebabkan tubuh syok ini hingga kematiankarena pendarahan ini bisa dicegah.
Dijelaskan President, Growth & Emerging Markets, Takeda Pharmaceuticals International AG, Gamze Yuceland yang terlibat kampanye, harga vaksin DBD Qdenga yang sudah bisa diakses di apotek dan rumah sakit Indonesia, dengan biaya kisaean Rp 1,1 juta per dua dosis (untuk satu paket) suntikan vaksin DBD dengan interval 3 bulan antara dosis 1 dan dosis 2.
"Membuat vaksin dengan harga yang terjangkau adalah prioritas kami. Saya tidak hanya bicara soal vaksin Takeda, ada banyak vaksin yang tersedia di pasaran, penting buat masyarakat berkonsultasi dengan dokter vaksin mana yang cocok untuk melindungi kamu dan keluarga. Spesifik untuk Takeda kami membuat harga disesuaikan dengan kemampuan daya beli masyarakatnya. Di Indonesia harganya Rp 567 ribu per dosis," pungkas Gamze di acara yang sama.