
Nantinya dari pemeriksaan PCR bisa dilihat penyebab sakit pneumonia yang diderita pasien. Entah disebabkan virus, bakteri atau bakteri atypical seperti mycoplasma.
"Tentunya jenis obatnya berbeda. Kalau penyebab virus dikasih antibiotik ini kan kurang tepat dan efek jangka panjangnya malah bisa menyebabkan resistensi antibiotik," pungkas Ngabila.
Kemenkes Masih Konfirmasi 3 Kasus DKI Jakarta
Meski Dinkes DKI sudah ada 3 kasus pneumonia mycoplasma, namun Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan pihaknya masih melakukan konfirmasi ulang.
"Iya masih tunggu informasi dari DKI Jakarta," kata Siti Nadia dikonfirmasi di hari yang sama.
Bahkan, pihak Kemenkes juga belum mendapat detail informasi lebih lanjut usia atau tempat tinggal tiga anak tersebut. Sehingga saat ini masih menunggu hasil penelusuran epidemiologi tiga kasus tersebut.
Ia juga menegaskan, dengan dugaan penemuan ini orangtua tidak perlu panik pneumonia mycoplasma terhadap anak. Menurut Nadia, yang terbaik melakukan langkah pencegahan.
"Tidak perlu panik, tetap waspada tuk mencegah penularan pada anak-anak," pungkas Siti Nadia.
![Ilustrasi pneumonia [shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/07/10/23606-ilustrasi-pneumonia-radang-paru-paru-penyakit-paru-paru-shutterstock.jpg)
Penemuan Pneumonia Misterius di Tiongkok
Baca Juga: Wabah Pneumonia Misterius di China Akankah Masuk Indonesia?
Pneumonia misterius pada anak yang marak terjadi di Tiongkok Utara itu mayoritas disebabkan bakteri mycoplasma. Namun karena WHO memberikan sinyal undiagnosed pneumonia, maka masih ada sebagian kasus anak sakit pneumonia tapi belum diketahui penyebabnya.