- Gangguan irama detak jantung menjadi lebih cepat, lebih lambat atau tidak teratur disebut dengan aritmia.
- Jika aritmia disepelekan bisa berakibat fatal, bahkan kondisi yang lebih parah bisa membuat seseorang mengalami kematian jantung mendadak
- Maka dari perlu diketahui cara mendeteksi dan mencegah aritmia seperti kata ahli berikut.
Suara.com - Aritmia masih menjadi penyakit yang sering luput dari perhatian masyarakat. Padahal aritmia atau penyakit gangguan irama jantung menjadi kondisi yang cukup berbahaya jika diabaikan karena bisa berakibat fatal.
Head of Pulse Day Task Force, Chairperson of Public Affairs Committee Asia Pacific Heart Rhythm Society (APHRS), Dr. dr. Dicky Armein Hanafy, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC mengatakan, irama jantung yang tidak teratur dapat memicu berbagai permasalahan.
“Irama jantung yang tidak teratur ini dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan darah di jantung, yang berpotensi memicu stroke, gagal jantung, maupun berbagai komplikasi lain yang berkaitan dengan sistem kardiovaskular,” kata dr. Dicky dalam konferensi pers “MEraba NAdi SendiRI (MENARI): kenali irama jantungmu sebelum terlambat”, Kamis (6/11/2025).
Tak hanya itu, kondisi yang lebih parah bisa membuat seseorang mengalami Sudden Cardiac Death (SCD) atau kematian jantung mendadak. Sekretaris Jenderal PERITMI/Indonesian Heart Rhythm Society (InaHRS), dr. Agung Fabian Chandranegara, Sp.JP(K), FIHA mengatakan, sekitar 10-15 persen seluruh kematian di dunia terjadi karena SCD.
“Secara global, insiden SCD pada populasi umum diperkirakan mencapai 40–100 kasus per 100.000 orang per tahun. Laki-laki tercatat memiliki risiko lebih tinggi dibanding perempuan, dengan perbandingan angka mortalitas 5,23 berbanding 2,71,” jelas dr. Agung.
![Head of Pulse Day Task Force, Chairperson of Public Affairs Committee Asia Pacific Heart Rhythm Society (APHRS), Dr. dr. Dicky Armein Hanafy, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC. [Suara.com/Fajar Ramadhan]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/11/12/41857-acara-meraba-nadi-sendiri-menari-kenali-irama-jantungmu-sebelum-terlambat.jpg)
Dengan angka yang cukup besar itu, maka diperlukan adanya pencegahan dan deteksi dini sebagai langkah efektif. Cara paling mudah untuk pencegahan SCD ini yaitu dengan mengenali faktor risiko pribadi serta cek kesehatan secara rutin.
“Periksa tekanan darah, kadar gula, dan kolesterol minimal setahun sekali. Bila ada riwayat keluarga meninggal mendadak di usia muda, jantung berdebar, atau pingsan tanpa sebab jelas, maka orang tersebut harus segera konsultasi ke dokter jantung,” kata dr. Agung.
“Selain itu, mengenali tanda-tanda gangguan irama jantung juga sangat penting seperti nyeri dada, sesak, mudah lelah, atau detak jantung yang tidak teratur. Jika kemudian merasa ada kelainan, maka pemeriksaan lanjutan seperti EKG, ekokardiografi, atau Holter monitoring mungkin perlu juga dilakukan,” sambungnya.
Tak hanya itu, gaya hidup sehat seperti tidak merokok, rutin berolahraga, tidur yang cukup, hingga mengelola stres juga menjadi cara untuk pencegahan.
Baca Juga: Smartwatch Selamatkan Nyawa: Kisah Pasien yang 'Diperintah' Jam Pintar untuk Periksa ke Dokter
Pentingnya Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Di sisi lain, kasus penyakit jantung yang cukup tinggi ini juga mengingatkan masyarakat akan pentingnya Bantuan Hidup Dasar (BHD) seperti resusitasi jantung paru (RJP, atau Cardiopulmonary resuscitation (CPR).
Berdasarkan keterangan dr. Agung, CPR sangat membantu meningkatkan peluang hidup tiga sampai empat kali lipat. Semakin banyak masyarakat yang bisa melakukan CPR, semakin besar peluang korban henti jantung untuk bertahan hidup.
“Kasus henti jantung di luar rumah sakit/OHCA, setiap menit tanpa CPR menurunkan peluang hidup secara signifikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa CPR oleh bystander CPR (penolong/orang di sekitar pasien) dapat meningkatkan peluang hidup tiga hingga empat kali lipat,” jelasnya.
Untuk itu, masyarakat umum perlu mengetahui dasar pertolongan pertama penyakit jantung seperti CPR. Penggunaan alat AED (Automated External Defibrillator) juga bisa menjadi opsi untuk meningkatkan peluang hidup. Alat ini biasanya diletakkan di berbagai tempat umum untuk pertolongan pertama sebelum petugas medis tiba.
Pulse Day 2026