"Hari itulah saya merasa desainer," ujarnya mengenang masa awal kariernya.
Namun karier Anne di dunia rancang busana tidaklah mudah. Ia pernah dihujat, karena dinilai telah merusak pakem busana nasional. bahkan desainer ternama Musa yang ikut mendorongnya untuk berkarier di Jakarta, ikut 'memarahinya'. Ini sempat membuat ibu tiga anak ini terpukul, namun perlahan tapi pasti Anne bangkit dari keterpurukan.
Usaha yang dirintisnya dari dua unit mesin jahit manual dan tiga karyawan, kini telah membiak membawahi 12 merek. Total 250 karyawan dipekerjakan Anne, sebagian besar adalah anak-anak putus sekolah. Namun Anne mengakui, dunia rancang busana yang identik dengan dunia yang glamour sangatlah berat.
"Media melihat kami seperti gelas kaca yang tak boleh retak. Sekali saja kita berbuat salah, cercaan akan mengalir," ujarnya.
Tak hanya mencurahkan pikirannya pada dunia kreatif, Anne kini juga aktif dalam berbagai aktifitas sosial. Ia bukan hanya salah satu perancang busana yang taat membayar pajak, Anne juga mendirikan Wisma Kasih Bunda yang memberikan bantuan bagi anak-anak dengan kelainan kesehatan seperti hydrocephalus, bibir sumbing, atresia ani (anak tanpa dubur) serta berbagai penyakit lainnya.
Perhatiannya pada pengusaha kecil menengah juga tak kalah. Ia antara lain memiliki toko Pendopo yang menjual karya para pengrajin dari berbagai daerah. Itulah Anne yang selalu bertanya apa yang bisa ia berikan untuk orang lain dari limpahan anugerah Tuhan yang diterimanya. Dan ia masih menyimpan mimpi, Tuhan memberinya kesempatan untuk terus berkarya hingga 25 tahun ke depan.