Arief Said, Ingin Memberi Nilai Tambah Kopi Indonesia

Esti Utami Suara.Com
Senin, 25 Agustus 2014 | 15:32 WIB
Arief Said, Ingin Memberi Nilai Tambah Kopi Indonesia
Arief Said di sebuah kafe di Jakarta (suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Awalnya kopi tak bermakna apa-apa bagi Arief Said. Lalu ia jatuh cinta pada minuman eksotik ini. Dan kini, hari-harinya tak bisa lepas dari biji-biji hitam itu. Satu tekadnya, ingin memberi nilai tambah bagi produksi kopi Indonesia! Makanya ia sangat antusias ketika diminta membantu gelaran lelang kopi Indonesia yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober mendatang.

Morph Coffee yang didirikannya, bersama salah satu peroaster kopi ternama di Jakarta diberi kepercayaan untuk memanggang (roast) kopi-kopi lokal yang akan dilelang dalam acara itu. Maka sejak sebulan terakhir  ia sibuk wira-wiri berkoordinasi dengan banyak pihak untuk mempersiapkan acara itu.

Di sela kesibukanya itu, ayah satu anak ini meluangkan waktu untuk bertemu dengan suara.com, Kamis (21/8/2014) petang di sebuah kafe di bilangan Gandaria, Jakarta Selatan. Saat ia datang tangannya menggenggam dua kantung kopi yang baru saja dipanggang serta sebuah buku panduan tentang kopi yang dikeluarkan asosiasi kopi Amerika Serikat.

"Banyak sekali potensi kopi Indonesia yang belum digali," ujarnya sambil menjelaskan ada 140 jenis kopi dari seluruh Nusantara yang akan dilelang dalam acara yang akan digelar di Kemayoran, Jakarta Pusat itu.

Itu yang sudah terdaftar, lanjutnya, yang belum masih sangat banyak. Namun ia menyayangkan potensi Indonesia sebagai pengekspor kopi ketiga terbesar dunia, belum tergarap dengan baik.

"Salah satu kendala utama adalah infrastruktur," ujar Arief yang tertarik pada dunia kopi pada 2009. Lalu ia mengisahkan bagaimana seorang petani kopi di Toraja yang harus berjalan kaki selama dua jam untuk mencapai kebun kopinya. Ini tentu tentu sangat mempengaruhi pada hasil panennya. Pasalnya penanganan pascapanen akan mempengaruhi kualitas bahan yang dihasilkan.

"Ada satu jenis kopi yang harus segera dicuci begitu dipetik, untuk kemudian difermentasikan agar mendapatkan kualitas terbaik," ujarnya.

Belum lagi kepemilikan kebun kopi yang rata-rata bukan dalam skala besar, mengakibatkan kualitas kopi yang dihasilkan menjadi tidak stabil. Tapi Arief yang baru serius menekuni bisnis kopi pada 2012 ini, tidak berpretensi mengubah itu semua, karena ia sadar petani-petani itu sudah jauh pengalaman dibanding dirinya.

"Saya bersama Morph Coffee, hanya ingin memberikan hasil optimal pada kopi yang sudah dihasilkan petani, dengan menemukan proses pembakaran yang tepat dengan jenis kopi yang kami dapat," ujarnya.

Hanya kadang ia memberi masukan pada petani yang memasok biji kopi padanya. Itu yang ia lakukan ketika kepadanya ditawarkan kopi jenis tertentu dari Aceh. Ia merasa ada yang salah dengan kopi itu dan bersama Andrew Tang, rekannya menduga-duga di mana letak 'kesalahan' itu. Ia pun lantas menegosiasikan dengan sang pemasok untuk mengubah metode fermentasi yang dilakukan. "Hasilnya ternyata sesuai dengan dugaan kami, dan petani pun tak merasa dipaksa," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI