Emansipasi Perempuan dalam Pandangan Islam

Ardi Mandiri Suara.Com
Minggu, 26 April 2015 | 16:10 WIB
Emansipasi Perempuan dalam Pandangan Islam
Ilustrasi perempuan Islam.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Emansipasi perempuan kalau menurut Islam menempatkan martabat perempuan dengan tepat. Islam menetapkan perempuan dan laki-laki sesuai dengan proporsi yang mesti diemban berdasarkan alamiah dan inisiasi kemanusiaan," kata Ketua Pengurus Besar NU Slamet Effendy Yusuf.

Slamet Effendy Yusuf menuturkan Islam tidak membedakan manusia dari segi gender dan menetapkan tanggung jawab yang sejajar sesuai dengan fungsinya.

"Wanita kan memang memiliki tanggung jawab memelihara keluarga dan menjaga anak ini tugas yang penting karena mempersiapkan masa depan yang unggul. Jangan dikira sepele," ujar dia.

Menurut dia, tanggung jawab domestik bagi perempuan bukan berarti membatasi peran perempuan di ranah nondomestik. Islam, ujar dia, tidak menghalangi perempuan menduduki posisi penting hingga menjadi pemimpin.

Yang harus ditekankan, kata dia, perempuan tidak boleh mengorbankan generasi penerus menjadi tidak berkualitas demi ambisi pribadi. Ia menyarakan para perempuan menjalankan tanggung jawabnya hingga selesai merawat anak hingga setidaknya berusia tujuh tahun baru mulai menapaki karir.

"Di Aceh sudah ada sultana, masa khalifah pun ada yang perempuan, Islam tidak pernah membatasi," kata dia.

Sedangkan adanya pengekangan pada perempuan di beberapa negara Islam di Timur Tengah, menurut dia, hal tersebut bukan Islam yang mengekang, melainkan budaya setempat dan rezim penguasa.

Ia mencontohkan cadar yang dipakai perempuan Timur Tengah bukanlah perintah ajaran agama Islam, melainkan budaya setempat karena gurun berpasir.

Sementara untuk Indonesia, tutur dia, terdapat salah satunya budaya "kanca wingking" yang menempatkan perempuan di bawah lelaki, dan sekali lagi, hal itu bukan ajaran Islam yang melihat adam dan hawa sejajar, tidak ada yang di depan atau di belakang, tetapi berdampingan.

"Masih sering ada kesalahpahaman kalau yang membelenggu perempuan di negara Islam adalah Islam, padahal sebenarnya adalah budaya masing-masing dan rezim pemerintahan yang mengeluarkan kebijakan," tutur dia.

Selain budaya masing-masing kawasan, ia menilai adanya kesalahpahaman penafsiran Al-Quran dan sunah Rasul juga menjadi penyebab adanya pandangan Islam mengekang perempuan.

Sejumlah ayat dan sunah yang bertujuan melindungi dan memuliakan perempuan, menurut dia, ditafsirkan dengan keliru dan justru membelenggu perempuan.

Untuk Indonesia sendiri, ia menilai perempuan diberi kesempatan luas, dan kini bagaimana perempuan memerankan tugas domestik dan nondomestik dengan seimbang.

Sementara itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak perempuan dapat mandiri di tengah tantangan yang masih dihadapi.

"Perempuan-perempuan kita menghadapi tantangannya sendiri. Yang perlu dijaga adalah semangat memperjuangkan hak-hak perempuan," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI