Seratus "Yachters" Singapura Meriahkan "Festival Bahari Kepri"

Madinah Suara.Com
Kamis, 06 Oktober 2016 | 17:01 WIB
Seratus "Yachters" Singapura Meriahkan "Festival Bahari Kepri"
Kapal Yacht. [shutterstock]

Suara.com - Singapore Power Boat Association (SPBA) mulai mengintip pesona wisata bahari di Kepulauan Riau melalui Festival Bahari Kepri (FBK). Even yang merupakan rangkaian Sail Karimata 2016 itu dipastikan bakal dihadiri 100 yachters asal Negeri Singa Putih, yang tak lepas dari peran Bandar Bentan Telani (BBT) dan Nongsa Point Marina (NPM), Batam.Rajutan kerja sama dengan SPBA sudah dijalin sejak Agustus 2016.

“Kami ingin menyelenggarakan Festival Bahari Kepri, yang merupakan rangkaian Sail Karimata 2016. Itu sebabnya, Agustus silam kami undang Singapore Power Boat Association ke Kepri. Kami buka pintu lebar-lebar untuk mengintip kondisi entry point dan exit point yacht di Bandar Bentan Telani. Ternyata, respons awalnya bagus. Minimal ada 40 yachter SPBA yang siap parkir BBT saat even berlangsung,” ungkap Abdul Wahab, Group General Manager (GGM) Bintan Resort Cakrawala, Tanjungpinang, Rabu (5/10/2016).

Sementara itu, Erhard M Rueber, General Manager Nongsa Point Marina juga ikut buka suara. Menurutnya, sudah ada komitmen dari SPBA untuk meramaikan FBK dan Sail Karimata 2016. Khusus untuk NPM, bakal ada 60 yachts yang siap sandar di Batam saat even berlangsung.

“Jumlahnya untuk sementara 60 yachts,” ujarnya.

NPM & Resort memiliki 65 tempat berlabuh kelas dunia yang dirancang oleh Bellingham Marina. Setidaknya ada dua tempat berlabuh untuk yacht berukuran 130 kaki. Belum lagi puluhan fasilitas berth (tambatan) untuk yachts yang lebih kecil.

Di setiap tempat parkir, berth dilengkapi dengan listrik dan air. Marina juga dilengkapi dengan saluran air limbah selular dan dermaganya dilengkapi bahan bakar sentral diesel dan bensin.

“Fasilitas kami lumayan lengkap, bisa dipergunakan sepanjang tahun,” jelas Rueber.

Singapura-Kepri Butuh 1,5 Jam Perjalanan

Negara kecil yang luasnya kalah dengan Pulau Samosir di Sumatera Utara ini, letaknya sangat dekat dengan Kepri. Rueber menambahkan, kapal tipe power boat hanya membutuhkan 1,5 jam perjalanan dari Singapura ke Tanjungpinang, sementara yachts jenis sailing boat membutuhkan waktu tempuh sekitar delapan jam.

“Tak perlu berhari-hari, tak perlu berbulan-bulan. Dalam hitungan jam sudah bisa sampai ke Kepri,” terang Rueber.

Alasan kedua, Negeri Singa Putih merupakan Surga para yachter. Ada enam marina di bawah naungan SPBA yang siap menampung 4.000 yachts setiap harinya, sehingga potensi pendapatan yang bisa diambil sangat besar.

Dengan tarif rata-rata 1.500 dolar Singapura per hari, Singapura disesaki ribuan yachts dari berbagai penjuru dunia.

“Itu baru tarif parkirnya. Belum termasuk biaya perawatan dan ongkos kebutuhan hidup sehari-hari. Kalau dibelokkan ke Kepri, kan bagus. Akan ada banyak lapangan kerja tercipta dari sini,” katanya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Kepri butuh “gula-gula”. Selain mengupayakan entry dan exit point, even berkelas, keindahan alam Kepri harus mampu ditampilkan maksimal.

Kepri Memiliki 2.408 Pulau

Untuk urusan keindahan, Kepri dinilai sudah punya modal dasar yang sangat mumpuni. Ada 2.408 pulau besar dan kecil yang bisa disinggahi yachters Singapura di Kepri. Belum lagi panorama alam bawah laut yang mempesona, mulai dari Anambas, Abang, Petong, Hantu hingga Pulau Labun.

Lokasi diving dan snorkelin-nya pun banyak. Turis tinggal memilih kawasan yang diinginkannya.

Di Kepri, para yachters dijamin leluasa mengeksplorasi makhluk laut berwarna-warni dan terumbu karang langka. “Itu semua kami sampaikan kepada SPBA. Ternyata mereka tertarik,” tambahnya.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Guntur Sakti mengaku senang dengan respons SPBA. Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Bahari Indonesia, menurutnya, sudah melakukan promosi terkait kemudahan aturan masuk yacht asing ke perairan Indonesia.

Urusan visa, tak lagi rumit, karena ada social culture visa yang bisa dipergunakan para yachter, yang masa berlakunya selama 60 hari dan bisa diperpanjang 4 x 30 hari. Dengan begitu, para yachter bisa berpetualang selama enam bulan di Indonesia.

Izin masuk yacht-pun tak lagi sulit, sebab clearance and approval for Indonesian territory (CAIT), bisa diurus dalam 3 jam. Para pemohon tinggal ketik https://yachters-indonesia.id dan mengisi form yang tersedia.

Sekarang malah sudah ada Peraturan Presiden 105/2015 yang memayungi pengurusan dokumen custom, immigration, quarantine, port (CIQP) di 18 pelabuhan. Yacht dijamin bisa tetap tinggal di Indonesia selama tiga tahun.

Ke-18 pelabuhan yang dimaksud adalah Sabang (Aceh), Belawan (Medan), Teluk Bayur (Padang), Nongsa Point Marina (Batam), Banda Bintan Telani (Bintan), Tanjung Pandan (Belitung), Sunda Kelapa dan Ancol (Jakarta), Tanjung Beno (Bali), Tenau (Kupang), dan Kumai (Kotawaringin Barat).

Selain itu, Tarakan, Nunukan (Bulungan), Bitung, Ambon, Saumlaki (Maluku Barat), Tual (Maluku Tenggara), Sorong, dan Biak.

“Dua dari 18 pintu keluar masuk kapal dan perahu pesiar itu ada di Kepri, yakni Batam dan Bintan. Kepri juga punya zero equtor di Lingga, yang jadi incaran para yachter dan playground yang eksotik di Natuna dan Anambas. Kalau di Australia para yachter dihantui ancaman badai dan arus laut yang kencang, maka Kepri hanya punya ribuan pulau eksotis, terumbu karang, dan hutan mangrove. Silakan datang dan buktikan sendiri di Festival Bahari Kepri dan Sail Karimata 2016,” undang Guntur.                         

 

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI