Dulu Kumuh, Kini Jodipan Jadi Kampung Warna-Warni Memikat Hati

Sabtu, 21 Oktober 2017 | 12:21 WIB
Dulu Kumuh, Kini Jodipan Jadi Kampung Warna-Warni Memikat Hati
Kampung Tridi dan Kampung Warna-Warni di kota Malang, Jawa Timur. [Suara.com/Firsta Nodia]

Suara.com - Bicara tentang Kota Malang, maka salah satu yang paling mudah diingat adalah ragam destinasi wisatanya. Dan salah satu destinasi wisata murah meriah di kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya itu adalah Kampung Tridi alias tiga dimensi dan Kampung Warna-Warni.

Meski berbeda nama, namun keduanya berada dalam wilayah yang sama dan kerap menjadi pojok selfie favorit bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Di Kampung Tridi, para wisatawan dapat berfoto dengan efek tiga dimensi di tembok rumah warga yang dilukis oleh para seniman salah satunya Edi Gimbal.

Sekretaris Paguyuban Kampung Tridi, Nuryanto mengatakan, ada sekitar 200 rumah warga yang dilukis dan dapat menjadi spot foto yang instagramable.

"Kita kasih tema berbeda, ada wayang, superhero, Tembok Cina sampai Menara Eiffel. Fotonya gratis, pengunjung hanya dikenakan tiket masuk Rp2.500 dan parkir kendaraan Rp8 ribu," ujar Nuryanto ketika disambangi Suara.com dalam Program Jelajah Gizi bersama Nutricia Sarihusada di Malang, belum lama ini.

Untuk menuju Kampung Warna-Warni dari Kampung Tridi, pengunjung bisa melewati jembatan kaca yang berada diatas aliran Sungai Brantas.

Disebut demikian karena bagian dasar jembatan terbuat dari kaca yang transparan, sehingga memacu adrenalin saat berada diatasnya.

Dari jembatan kaca ini pula pengunjung bisa melihat keindahan Kampung Warna-Warni dan Tridi dari ketinggian.

Baca Juga: Cerita Epy Kusnandar Saat Divonis Hidupnya Tinggal 3 Bulan

Foto: Pengunjung memadati jembatan kaca. [Suara.com/Firsta Nodia]

Namun untuk menyeberangi jembatan ini, Anda harus merogoh kocek Rp2 ribu sebagai tiket masuk menuju Kampung Warna-Warni.

Diceritakan Nuryanto, dulunya kedua kampung ini tergolong kampung kumuh. Namun sejak dibantu Pemerintah Kota Malang dan sponsor dari perusahaan cat, kedua kampung yang mulanya disebut Jodipan ini bersolek jadi terlihat cantik.

"Proyek pengecatan rumah warga dimulai pada Agustus 2016, selama lima bulan, dan menghabiskan cat sebanyak 4 ton. Kalau difoto pakai drone (dari atas) warna kampung ini membentuk pelangi dan matahari terbit. Jadi kita bukan sekadar ngecat, ada motifnya," jelas Nuryanto.

Foto: Lukisan yang dihias di rumah warga. [Suara.com/Firsta Nodia]

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI