Suara.com - Isu sustainability atau pembangunan berkelanjutan menjadi salah satu hal penting yang tengah dihadapi dunia. Kelaparan, kemiskinan, kesehatan, perubahan iklim dan sampah yang terus menerus mengotori lingkungan merupakan sederet isu sustainability yang dihadapi dunia saat ini.
Menurut laporan Unicef, 7,2 juta anak di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, dan 40 anak dari setiap 1.000 kelahiran meninggal sebelum mencapai usia lima tahun.
Data BPS pada Maret 2017 mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesiq dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan mencapai 27,77 juta orang, meningkat sebesar 6,90 ribu orang dibandingkan tahun sebelumnya.
Sedangkan dalam hal lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI mengungkapkan, bahwa setiap tahunnya dihasilkan 65,8 juta ton sampah di Indonesia dengan tingkat pemilahan sampah di masyarakat yang masih rendah. Sebanyak 1,29 (Million Metric Tons) sampah plastik dari Indonesia juga terbuang ke laut di setiap tahunnya.
Sederet permasalahan ini tidak akan dapat diatasi tanpa peran serta semua pihak. Sebagai salah satu perusahaan yang peduli hal ini, Unilever mengajak semua pihak memahami isu sustainability dan menjadikan sustainable living sebagai gaya hidup yang bisa dilakukan semua pihak.
"Kami percaya, keberadaan korporasi atau bisnis tidak boleh malah membuat masalah ini semakin besar. Sebaliknya, bisnis bisa dijadikan sebagai solusi. Karenanya, melalui program-programnya, Unilever bertujuan untuk memasyarakatkan kehidupan yang sustainable atau berkelanjutan," ungkap Presiden Direktur PT. Unilever Indonesia Tbk. Hemant Bakshi dalam "Sustainability Day" di BSD, Tangerang, Senin (11/12/2017).
Lebih lanjut, Hemant memaparkan, Unilever pada 2010 pernah merilis Unilever Sustanable Living Plan (USLP), salah satu strategi untuk terus mengembangkan bisnisnya, serata mengurangi setengah dampak lingkungan yang ditimbulkan dan meningkatkan dampak sosial bagi masyarakat.
USLP, lanjut dia, berfokus pada tiga tujuan utama. Yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan satu miliar orang di seluruh dunia pada 2020, mengurangi setengah dari dampak lingkungan yang dihasilkan dari operasi bisnisnya pada 2030, dan meningkatkan penghidupan jutaan orang pada 2020.
Beragam hak dilakukan, mulai dari mempromosikan kebiasaan tentang kesehatan dan kebersihan yang lebih baik pada 88 juta orang Indonesia, mengembangkan 1.630 bank sampah di 17 kota, hingga meningkatkan mata pencaharian 35.500 petani kedelai hitam dan petani gula kelapa.
Baca Juga: No Wori, Celana Dalam Antipembalut Ramah Lingkungan
President of United in Diversity Foundation and Leadership Council of UN SDSN Southeast Asia and Indonesia Mari Elka Pangestu mengungkapkan, Sustainable Development Global (SDG) yang diusung PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan atau Global Goals telah menetapkan sebuah visi untuk mengakhiri kemiskinan, kelaparan, ketidaksetaraan dan perlindungan sumber daya alam pada 2030.
"Di sinilah bisnis memiliki peran oenting dalam membentuk dan memberikan solusi kreatif dari Global Goals dan terus melakukannya dakam penyampaian tujuan sekaligus menciptakan kemajuan bagi masyarakat luas," tutup dia.