"Jadi penting banget buat ibu-ibu untuk terus menjaga kewarasannya sendiri juga. Karena seringkali ibu-ibu ini cuma butuh mengeluarkan unek-uneknya, jadi ketika kembali ke dunia nyata ketemu anaknya lagi, perasaannya jadi jauh lebih baik," lanjutnya.

Sejak dua tahun berdiri, komunitas Happy Eater telah memiliki sekitar 250 anggota yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Icha mengatakan karena berawal dari Grup WhatsApp maka interaksi antar anggota komunitas memang paling banyak dilakukan di platform tersebut. Namun tak jarang komunitas ini juga mengadakan kopdar (kopi darat) untuk ajang bersilahturahmi langsung dengan para anggotanya.
"Kita adakan event offline juga membahas masalah anak. Ada di Surabaya, 'Happy Mama vs GTM' dan di Bogor, 'Curhat Happy Mama, Ketika MPASI Tak Seindah Instastory'. Formatnya disitu kita kasih wadah buat para member dan umum, untuk curhat langsung face to face. Ada juga penggalangan donasi untuk korban bencana Lombok dan Palu mendukung pemberian makanan bayi dan balita," imbuh dia.
Efek positif menciptakan anak yang 'happy eater' menurut Icha sangat banyak. Mulai dari membentuk pola makan anak untuk jangka panjang, hingga menghindari drama GTM alias gerakan tutup mulut dan pilih-pilih makanan yang kerap dialami anak-anak di usianya. Jadi menurut Icha, sebagai orangtua kita harus bisa lebih santai dan tenang saat menemani proses belajar makan si kecil.
"Orangtua tidak perlu memusingkan nama metode yang dia terapkan apakah sudah sesuai metode ABCDE atau belum, karena tidak ada metode yang paling tepat untuk anak anda, kecuali metode anda sendiri, karena anak anda adalah individu yang unik," ungkap Icha.
Setelah dua tahun berdiri, Happy Eater kini memiliki fokus yang lebih luas. Sesi 'Kulwap' alias Kuliah WhatsApp tak hanya membicarakan bagaimana agar anak menjadi 'happy eater' tapi juga 'healthy eater'. Icha mengatakan, para anggota Happy Eater kini mulai peduli memilih jenis makanan yang sehat untuk buah hatinya.
"Jadi bagaimana kita membentuk pola makan jangka panjang anak. Makan makanan yang sehat, makan di waktu yang tepat, makan sesuai kebutuhannya. Harapannya akan menjadikan anak-anak di masa mendatang menjadi pribadi yang lebih baik dan jauh lebih sehat juga," imbuhnya.
Alasanya, kata Icha banyak anak di komunitas Happy Eater bermasalah dengan alergi dan sensitifitas makanan. Oleh karenanya, selain pemilihan pangan sehat, komunitas ini juga memberi perhatian khusus pada pemulihan pencernaan.
"Asupan probiotik dalam menu harian anak menjadi salah satu ikhtiar yang banyak ditempuh oleh ibu-ibu di komunitas kami. Kita adakan workshop juga beberapa waktu lalu untuk membuat kefir yang merupakan sumber probiotik. Ibu-ibu tidak hanya menyerap teori tapi juga mempraktikkannya," tambah Icha.
Baca Juga: Dibekap Cedera, MU Tanpa Martial dan Lingard Hingga Tiga Pekan
Bagaimana nih bunda, tertarik untuk bergabung dengan komunitas Happy Eater?
Sayangnya sementara waktu komunitas ini sedang tidak membuka pendaftaran anggota baru. Tapi Anda tetap bisa mengulik informasi seputar pola pemberian makan anak dan tumbuh kembangnya di akun Instagram @happyeater.id. Selamat menemani proses belajar si kecil, bunda!