Guyonan Seksis Masih Dibawa Bercanda, Padahal Itu Kekerasan Verbal Lho

Rabu, 01 Mei 2019 | 08:20 WIB
Guyonan Seksis Masih Dibawa Bercanda, Padahal Itu Kekerasan Verbal Lho
Ilustrasi asertif terhadap guyonan seksis. (DewiKu.com/Ema Rohimah)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Guyonan Seksis Masih Dibawa Bercanda, Padahal Itu Kekerasan Verbal Lho.

Semua ada batasnya, termasuk bercandaan yang mengandung guyonan seksis.

Pasalnya tidak sedikit di kalangan masyarakat kita yang menganggap guyonan seksis bisa mengocok perut dan mencairkan suasana. Padahal tidak sedikit perempuan yang tersinggung karena candaan itu, hal itu termasuk bentuk pelecehan secara verbal lho.

Mari kita memulainya dengan sebuah percakapan ringan yang (harapannya) cuma fiktif ini. Jumat pagi, seorang pekerja perempuan baru saja sampai di lobi kantor saat dua rekan pria menyapanya. Penampilan si perempuan sebenarnya biasa saja, sopan selayaknya untuk pergi bekerja. Namun, dua rekannya itu langsung salah fokus dengan rambut si perempuan yang masih setengah basah.

''Abis keramas, nih? Semalem main apa, nih?'' tanya pria A.

''Abis digarap berapa kali sama suami? Capek banget pasti,'' timpal pria B yang kemudian tertawa bersama pria A.

Reaksi si perempuan? Dia merasa tidak nyaman dan tersinggung. Baginya, walaupun tujuannya hanya basa-basi, pertanyaan ambigu semacam itu benar-benar tidak perlu.

''Harus banget bahas kayak begitu sepagi ini?'' balas si perempuan, lalu segera meninggalkan dua rekannya itu.

''Bercanda kali! Gitu aja marah!''

Baca Juga: Agar Tak Ada Lagi Kasus Audrey, Sosiolog : Tanamkan Nilai Anti Kekerasan

Seandainya Anda adalah si perempuan, apakah Anda bisa menerimanya sebagai bercanda saja?

Sulitnya memaklumi cara berpikir seksis

Banyak orang tidak menyadari betapa banyaknya ucapan dan candaan sehari-hari yang masuk dalam kategori pelecehan verbal. Kita menganggapnya biasa, padahal itu muncul dari pikiran dan perilaku seksis.

Bisa jadi karena bentuk pelecehan verbal memang sangat banyak sehingga bikin malas mengingatnya, semacam karena jadi tidak merasa tidak bebas bertindak. Kenyataannya, ini memang mencakup mengomentari kondisi fisik, bersiul dengan tujuan menggoda, cat calling, merendahkan orang lain dengan membawa gendernya, hingga guyonan seksis.

Guyonan yang paling populer belakangan ini mungkin soal perangai golongan 'emak-emak'. Seseorang bisa dengan entengnya berkata, ''Kamu ini kayak emak-emak, sign kiri beloknya ke kanan.''

Lucu, sih. Jarang yang menyadari jika itu maksudnya adalah mengatai seseorang sangat plin-plan, tidak bisa fokus, tidak konsisten, sebagaimana stigma yang selama ini dilekatkan kepada perempuan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI