Musim Panas, Bahan Linen Diserbu Para Pecinta Fesyen

Minggu, 26 Mei 2019 | 10:37 WIB
Musim Panas, Bahan Linen Diserbu Para Pecinta Fesyen
Ilustrasi seorang perempuan mengenakan baju dari kain linen. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tessa Holladay, salah satu pendiri Palmier London, mengatakan kepada The Independent bahwa ia melihat linen muncul kembali beberapa tahun yang lalu di Australia, dengan merek-merek seperti Posse, Arthur the Label dan Rowie menciptakan potongan-potongan unik dan mudah dipakai dari kain.

“Jelas ini adalah sesuatu yang lebih alami bagi Australia, yang menikmati iklim yang lebih hangat dan budaya yang lebih berbasis pantai, tetapi juga menarik hati kami di sini di Inggris. Sepanjang musim panas 2017, kami memiliki banyak teman yang menghabiskan banyak uang untuk mengimpor kain linen cantik ini dari belahan dunia lain," jelasnya.

"Terinspirasi oleh merek-merek ini, linen menjadi bahan pokok lemari pakaian kami, Chloe (pendiri Palmier lainnya) dan saya memutuskan untuk menyelidiki kemungkinan mengembangkan tren di Inggris, menggunakan produsen Eropa dan memperkenalkan sentuhan London," ujarnya lagi.

Duo ini meluncurkan mereknya pada musim semi 2018 dan telah meningkat popularitasnya sejak saat itu, dengan bantuan influencer mode utama termasuk Lucy Williams dan Olivia Purvis, yang telah menjadikan Palmier sebagai label pilihan untuk set gaya Instagram dan ribuan pengikut lainnya.

Bukan cuma kelebihan estetika dan fungsinya yang mendinginkan, daya tarik linen juga karena ia terbuat dari tanaman rami dan karenanya sangat berkelanjutan, menjadikannya permata langka dalam budaya mode, yang kita tahu seringkali merusak planet ini.

"Linen adalah salah satu kain mode paling biodegradable yang tersedia. Setiap bagian dari tanaman rami yang terbuat dari linen dapat digunakan, jadi tidak ada yang terbuang. Rami juga merupakan tanaman yang sangat tangguh dan dapat tumbuh di tanah yang buruk dengan konsumsi air yang jauh lebih sedikit daripada kapas," lanjut Holladay.

Faktanya, kata dia, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB menyatakan bahwa rami menggunakan pestisida 13 kali lebih sedikit daripada kentang, tetapi hanya sekitar satu persen dari konsumsi serat pakaian dunia.

"Misi kami adalah untuk mengubah itu!" ungkapnya.

Karena cara pembuatannya, linen juga sangat tahan lama, jelas sejarawan mode Dr Kimberly Chrisman-Campbell, yang menggambarkannya sebagai investasi yang sangat baik.

Baca Juga: Rambah Bisnis Fesyen, Aero-Aqsa Terinspirasi Pebalap Ini

"Linen adalah salah satu bahan pakaian tertua, dipakai di Mesir kuno dan digunakan di barat untuk pakaian dalam dan tempat tidur karena bisa dicuci," katanya kepada The Independent.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI