Maudy Ayunda Korban Beauty Bullying, Ketika Fisik Jadi Bahan Perundungan

Selasa, 30 Juli 2019 | 06:30 WIB
Maudy Ayunda Korban Beauty Bullying, Ketika Fisik Jadi Bahan Perundungan
Maudy Ayunda [Wahyu Tri Laksono/Suara.com]

Pelaku beauty bullying tak melulu datang dari latar belakang orang dengan pendidikan rendah atau ekonomi sulit, setidaknya begitu kata Nuran.

Ia lebih melihat pelaku sebagai orang yang 'tidak dewasa' dan tidak mampu menggunakan sosial media secara bijak.

Pun pada korban. Bahkan sosok idola seperti aktris Maudy Ayunda, tahu betul rasanya menjadi korban perundungan daring karena tampilan fisiknya.

"Aku juga mengalami dan mendapatkan komentar seputar fisik, kecantikan. Ada yang mengejek, ada yang beri opini dan yang membuat aku, sebagai orang yang menerimanya menjadi overthinking, insecure," kata Maudy.

Komentar negatif yang paling sering Maudy terima adalah mengenai gigi kelinci dan tubuh rampingnya. Kalau sudah begitu, kata Maudy, ia akan berpikir apakah citra dirinya telah mengganggu hidup orang lain.

"Tapi aku selalu bilang pada diri sendiri, kalau pun ini masalah (citra diri), ini bukan masalah aku. Aku tidak bergantung pada opini orang lain."

Untungnya, Maudy memiliki banyak kegiatan untuk mengalihkan perasaan berlebihan ketika mendapat komentar buruk di media sosial. Hal tersebut dapat menjadi caranya untuk terus mengembangkan diri, sehingga apa pun opini buruk yang dilontarkan tentang dirinya, tidak mampu menggambarkan siapa Maudy Ayunda secara keseluruhan.

"Apa yang aku geluti, ingin terus aku jalani," tambahnya.

Bukan Hanya di Indonesia, Ini Masalah Global

Baca Juga: Maudy Ayunda Tampil Modis Liburan ke Jepang Bareng Keluarga dan Pacar

Menurut Programme Management Specialist UN Women, Lily Puspasari, kekerasan di ranah sosial media bukan hanya masalah di Indonesia. "Ini fenomena yang penting untuk dicermati. Ini telah menjadi isu global," kata Lily yang hadir di acara yang sama.

Diceritakan Lily, 1 dari 3 perempuan pernah mengalami kekerasan dalam hidupnya. Tapi sayangnya, belum ada catatan mengenai jumlah pasti perempuan korban kekerasan di dunia maya termasuk mengalami beauty bullying.

Padahal kata Lily, perundungan dunia maya merupakan hal nyata dan bisa dilakukan di mana saja. "Bahkan di dalam kamar saja, kita sudah bisa menjadi korban kekerasan," katanya.

Paling parah, Lily menyinggung mengenai maraknya orang yang diam saat melihat perundungan daring dan terkesan membuat semuanya nampak normal.

Ia pun mendesak agar semua orang mau menjadi agen perubahan dengan melihat perundungan daring sebagai suatu ancaman. "Jangan menginternalisasi nilai-nilai bully dan membuatnya menjadi normal, jangan normalisasi hal-hal tersebut."

Ia juga mengimbau agar semua masyarakat menggunakan semua platform sosial media dan sumber informasi untuk mengembangkan pesan-pesan yang konstruktif dan membangun peradaban.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI