Suara.com - Kepala sekolah adalah kunci dari dunia pendidikan Indonesia. Mereka juga harus memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan mempunyai kemampuan berinteraksi yang bagus dengan seluruh pemangku kepentingan di sekolah.
Dalam menjawab tantangan pendidikan Abad 21, para pendidik juga harus siap menyongsong perubahan yang begitu cepat akibat perkembangan teknologi yang pesat. Tantangan inilah yang membuat para pemimpin sekolah harus selalu terbuka dengan berbagai wawasan dan ilmu-ilmu baru.
Jakarta Intercultural School bekerjasama dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta menyelenggarakan program Jakarta Principals Shadowing Program, sebuah workshop peningkatan kompetensi manajerial kepala sekolah negeri di lingkungan DKI Jakarta.
Program ini melibatkan 22 pendidik yang menghadiri program selama dua hari di bawah bimbingan para pengajar berpengalaman dari Jakarta Intercultural School.
“Jakarta Principals Shadowing Program adalah bagian dari dedikasi JIS untuk terhubung dengan Indonesia melalui pendidikan. Ini adalah kesempatan bagi para kepala sekolah sehingga mereka dapat mengembangkan jaringan dengan para pengajar kami, sekaligus meningkatkan kemampuan kepemimpinan dan siap menjawab berbagai tantangan dalam gerak laju dunia pendidikan Indonesia,” ujar Dr. Tarek Razik Ed.D, Head of School, JIS, seperti dikutip dari rilis yang diterima Suara.com.
Inspirasi untuk Kepala Sekolah
“Saat ini kepala sekolah bukan cuma pemimpin dalam pembelajaran. Kami ini penanggung jawab keseluruhan di sekolah, termasuk mengurus anggaran, laporan keuangan, administrasi dan pendataan aset. Dengan begitu banyak pekerjaan administratif yang harus kami kerjakan, tentu kepala sekolah akan kesulitan memantau proses belajar mengajar di sekolah,” ujar Yenny Dwi Maria, M.Ed. Kepala Sekolah SMPN 211, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Adriansyah, Kepala Sekolah SMAN 3, Setiabudi, Jakarta Selatan, juga mengungkapkan hal senada. Saat ini para pendidik sangat terbebani dengan Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) yang sangat gemuk. “Mereka harus bekerja untuk mencapai target berat tersebut. Akibatnya, RPP sifatnya administratif saja, bukan implementatif. Para guru tidak memiliki waktu banyak untuk berdiskusi dengan sesama guru, bahkan kepala sekolah yang juga sibuk dengan pekerjaan administratif,” ujarnya.
Ia juga menyambut baik rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, membuat RPP yang lebih ramping.
Yenny dan Adriansyah adalah bagian dari program yang diikuti 22 Kepala Sekolah yang digelar pada dua gelombang, 12-13 November 2019 dan 11-12 Desember 2019 di kampus Cilandak, Jakarta Intercultural School. Dua pengajar berpengalaman, Greg Zolkowski dan Ryan Campbell, membimbing mereka secara langsung dalam kelas dengan berbagai topik inspiratif.
Program ini dijalankan dengan format belajar di kelas, diskusi dan pemecahan masalah.
Tak hanya itu, para pemimpin sekolah juga diberi kesempatan mengikuti kegiatan keseharian para kepala sekolah dan wakil kepala sekolah di Sekolah Dasar, SMP dan SMA Jakarta Intercultural School. Topik yang diangkat, antara lain Menciptakan dan Memelihara Budaya Sekolah dan Kepemimpinan Instruksional.
Baca Juga: UN Dihapus, Gubernur Jatim Khofifah Isyaratkan 3 Hari Sekolah
“Mereka juga diharapkan dapat melakukan aktivitas kepala sekolah secara profesional sehingga dapat membuat lingkungan dan proses belajar dan mengajar yang lebih baik,” ujar Greg Zolkowski, koordinator program.