Ngetren, Podcast Bisa Jadi Cara Baru Promosikan Wisata Budaya dan Sejarah

Selasa, 07 Juli 2020 | 14:36 WIB
Ngetren, Podcast Bisa Jadi Cara Baru Promosikan Wisata Budaya dan Sejarah
Ilustrasi Podcast. [Shutterstock]

Suara.com - Podcast atau menceritakan kisah melalui rekaman audio saat ini tengah menjadi tren di internet. Banyak warganet yang gemar mendengarkan berbagai podcast yang hadir dengan berbagai genre tersebut.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Rizki Handayani mengatakan jika podcast sebenarnya juga bisa dimanfaatkan sebagai cara baru untuk mempromosikan objek wisata budaya dan sejarah.

Podcast saat ini memang tengah menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi muda.

Di mana nantinya, kata Rizki, melalui podcast tersebut, kita bisa  menggali mengenai cerita bersejarah dan mengajak mereka mengenal berbagai destinasi yang tengah dikembangkan.

"Jadi kita harus pikirkan bagaimana mencari angle-angle lain untuk anak-anak muda, mengenai destinasi yang akan kita kembangkan ke depan," kata dia dalam siaran pers Webinar Wisata Heritage yang Suara.com terima belum lama ini.

Hal ini pun disambut baik oleh Astrid Savitri, yang berprofesi sebagai seorang content writer dan podcaster.

Apalagi, kata dia podcast yang membahas tentang produk wisata dan cerita sejarah masih tergolong jarang.

"Orang-orang lebih suka diceritakan suatu kisah dibanding diberitahu, kalau (kisah sejarah) diceritakan dan dikemas dalam bentuk podcast itu jauh lebih menarik," ungkap Astrid.

Astrid juga menyarankan agar podcaster dapat mengemas cerita dengan menyisipkan nilai empati, mengambil sudut pandang yang familiar, dan disampaikan melalui dialog dan monolog.

Baca Juga: Kemenparekraf Bakal Terapkan Metode Story Telling di Sektor Pariwisata

Seperti yang dilakukan Kepala Seksi Pemanfaatan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Iwan Setiawan Bimas.

Ia menceritakan sejarah memgenai Situs Manusia Purba Sangiran di Provinsi Jawa Tengah, lengkap dengan cerita yang berkembang di tengah masyarakat terkait situs tersebut. 

"Sangiran berasal dari kata sangir yang berarti asah. Konon pada zaman dulu di Sangiran terjadi pertempuran antara seorang ksatria bernama Raden Bandung dengan pasukan raksasa yang dipimpin Raja Raksasa Tegopati," kata Iwan.

Dalam pertempuran itu, Raden Bandung memperoleh bisikan agar mengasah kukunya di atas batu untuk mengalahkan Tegopati. Setelah itu, Raden Bandung pun berhasil mengalahkan Tegopati dan seluruh pasukannya.

Kini, banyak masyarakat yang mengira tulang belulang yang ditemukan di kawasan Sangiran ialah tulang dari pasukan Tegopati. 

Akan tetapi, lanjut Iwan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli di situs tersebut, ternyata tulang belulang tersebut merupakan fosil manusia purba dan hewan purbakala yang pernah hidup di wilayah Sangiran.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI