Pengusaha Restoran Ungkap Alasan Enggan Pakai Daging Sapi Lokal, Kenapa Ya?

Rabu, 03 Maret 2021 | 16:23 WIB
Pengusaha Restoran Ungkap Alasan Enggan Pakai Daging Sapi Lokal, Kenapa Ya?
Ilustrasi daging sapi

Suara.com - Beberapa wilayah geografis Indonesia disebut sangat cocok untuk dijadikan kawasan peternakan sapi.

Tapi hingga kini Indonesia masih tertinggal bahkan dari Australia sebagai negara pengimpor daging sapi termasuk ke Indonesia. 

Di Indonesia sendiri, pengusaha daging steak kerap memilih daging sapi impor Australia sebagai bahan utama pembuatan steak. Apa alasannya?

Menurut Bagus Oktaviano Co-Founder SIR.LOIN, tekstur daging dari sapi konservatif atau peternakan biasa yang banyak di Indonesia-- cenderung lebih keras, sehingga kurang cocok diolah untuk steak.

"Sebenernya jujurnya kalau untuk sapi lokal yang konservatif itu, kalau dibikin steak cenderung lebih keras," ujar lelaki yang akrab disapa Vino itu saat berbincang dengan Suara.com, Rabu (3/2/2021).

SIR.LOIN adalah restoran yang menyajikan steak sebagai menu utama di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Meski begitu, Vino mengaku beberapa waktu lalu mendapat informasi Indonesia sedang mengembangkan sapi yang bisa menghasilkan daging setara dengan sapi wagyu.

Sayang, Vino dan Co-Founder SIR.LOIN belum berani memutuskan untuk memakai daging sapi tersebut karena merasa belum yakin, mengingat informasinya yang masih terbatas.

Baca Juga: Tak Dapat Kantong Plastik untuk Antar Makanan, Begini Curhatan Driver Ojol

"Tapi memang kita belum berani pakai, karena jujur aja supply-nya masih belum yakin, terus vendor masih sangat terbatas," papar Vino.

Memang tidak dipungkiri, jika kualitas daging wagyu terbaik di dunia adalah sapi wagyu yang berasal dari Jepang. Tapi sayang, harga wagyu dari Jepang tidak cocok atau terlampau tinggi untuk usaha yang dirintis Vino.

"Sejujurnya grade sapi wagyu pasti terbaik dari Jepang. Tapi dari sisi price (harga) sangat premium sekali. Mungkin per kilonya bisa di atas Rp 3 juta," ungkap Vino.

Itulah mengapa akhirnya ia memilih daging sapi impor dari Australia, karena harga dan kualitas sapi wagyu meskipun tidak sebaik di Jepang, namun bisa masuk dalam perhitungan usahanya.

"Jadi kita melihat, dari pengusaha steak yang lain, istilahnya yang paling balance antara harga dengan rasa, value paling oke itu wagyu dari Australia sih, karena dari sisi price point masih oke, dari kualitas juga oke," papar Vino.

Meski begitu, tidak menutup kemungkinan apabila Indonesia berhasil mengembangkan peternakan sapi wagyu untuk steak di dalam negeri, dengan kualitas bisa menandingi atau bahkan melampaui wagyu Australia.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI