Sejarah dan Pengertian Revolusi Industri 4.0 Serta Konsep Society 5.0

Kamis, 09 September 2021 | 10:31 WIB
Sejarah dan Pengertian Revolusi Industri 4.0 Serta Konsep Society 5.0
(Shutterstock)

Suara.com - Beberapa tahun belakangan istilah revolusi industri 4.0 kerap dielu-elukan sebagai salah satu tanda kemajuan peradaban dan teknologi suatu bangsa. Belakangan, juga beredar konsep society 5.0.

Sebelum membahas tentang sejarah industri 4.0, ada pula yang dikenal revolusi industri 1.0, revolusi industri 2.0, dan revolusi industri 0.3.

Bahkan seiring berkembangnya revolusi industri 4.0, Jepang merekomendasikan konsep society 5.0 yang harus dimiliki masyarakat dunia.

Mengutip Ruang Guru, Kamis (9/9/2021) revolusi industri adalah peningkatan produksi, karena adanya mesin baru yang menggunakan sumber energi baru.

Revolusi industri 1.0
Pada mulanya, revolusi industri 1.0 terjadi di abad ke-18. Di masa ini, semua tenaga sumbernya adalah otot, air, dan angin. Sehingga pada masa ini, membuat produk yang banyak, berarti membutuhkan sumber manusia yang banyak dan kuat.

Hingga sampai akhirnya James Watt menemukan mesin uap, dan dianggap sebagai cikal bakal berkembangnya alat dan mesin industri.

Hasilnya pekerjaan bisa diganti dengan mesin, dan membuat produktivitas meningkat pesat, ekonomi melonjak. Masyarakat bisa memproduksi tanpa butuh lahan yang luas.

Revolusi industri 2.0
Masa ini dimulai pada akhir 1800-an saat industri mobil diproduksi dalam jumlah yang besar-besaran.

Namun yang jadi masalah, proses pembuatan mobil, dari awal, sampai jadi utuh, harus dilakukan di satu tempat. Mulai dari pembuatan body, pemasangan mesin, interior, dan segala macam, harus dilakukan di tempat yang sama.

Baca Juga: Belajar Pakai Google Classroom Lebih Efektif Ketimbang Grup WhatsApp

Ditambah, metode yang digunakan cenderung konvesional. Semua perakitan dikerjakan secara paralel. Artinya, setiap pekerja harus jadi generalis.

Setiap pekerja harus mampu memasang mesin, merakit chasis, spion dan kaca hingga berhasil membuat satu mobil yang utuh.

Imbasnya, sumber daya manusia yang dibutuhkan sangat banyak, proses pembuatannya pun lama. Pemilik pabrik kesulitan karena harus memberikan pelatihan tentang banyak hal ke setiap pekerja.

Pada masa revolusi industri 2.0 ini ditemukan yang namanya assembly line, yang mengubah proses produksi dari yang satu paralel menjadi seri,

Sistemnya menggunakan conveyor belt. Bentuknya serupa seperti meja lapisan berjalan kasir swalayan.

Hasilnya, metode ini membuat pekerja jadi spesialis, tidak perlu menguasai semu abidang, tapi hanya cukup melakukan satu proses pengerjaan yang berulang.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI