Dampak Buruk Terjebak Hubungan Toksik: Sering Nangis Hingga Kesehatan Mental Turun

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 20 September 2021 | 11:46 WIB
Dampak Buruk Terjebak Hubungan Toksik: Sering Nangis Hingga Kesehatan Mental Turun
Ilustrasi menangis karena terjebak dalam hubungan toksik. (Pixabay/StockSnap)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Itulah mengapa seseorang yang ada dalam hubungan tidak sehat merasa sulit lepas dari kekasihnya. Dia mengingatkan bila ada tanda-tanda seperti itu, jangan lupa untuk sering mengecek kabar teman terdekat.

Tanyakan keadaan, tawarkan diri untuk menjadi pendengar bila ada yang ingin diceritakan.

Ciri lain dari hubungan tidak sehat adalah penampilan fisik yang tampak semakin berantakan atau munculnya lebam-lebam di badan.

Anda bisa bertanya apa penyebab dan menawarkan bantuan, tapi jangan langsung menghakimi dan menuduh.

"'Ini dipukulin pacar ya?' jangan begitu juga. Pasti dia akan defensif. Dia akan membela pacarnya biasanya. Tapi, kita pancing sedikit- sedikit supaya dia mau cerita. Dan jangan menghakimi juga ketika dia bercerita supaya ceritanya bisa lengkap," tambahnya.

Sebab, kadang korban menutupi kebiasaan yang dilakukan pasangan agar kekasihnya tidak dinilai negatif oleh teman-temannya.

Kekerasan psikis yang dialami dalam hubungan tidak sehat bisa juga berupa posesif yang berlebihan. Kekasih selalu bertanya di mana dia berada, bersama siapa, apa yang dilakukan dan sebagainya. Jika tidak dijawab atau dibalas, orang tersebut akan mengamuk. Bila itu yang terjadi, berarti hubungan tersebut tidak sehat.

"Seseorang itu harus bisa mengembangkan kepercayaan kepada pasangannya. Tentu dengan orang yang tepat ya. Karena kalau dari dulu dia suka bohong, ya wajar kalau sering mempertanyakan. Tapi artinya apa? Hubungannya udah tidak sehat lagi. Sudah tahu pacarnya suka bohong, tapi tidak mau pisah, jadi posesif banget juga. Sebenernya sudah tidak sehat juga," papar dia.

Hubungan yang tidak sehat bisa "disembuhkan", hanya butuh waktu dan kesadaran dari dua belah pihak untuk menyelesaikan konflik yang belum selesai.

Baca Juga: Penelitian: Menyaksikan Saudara Mengalami Kekerasan di Rumah Bisa Picu Masalah Mental

Ciri kedua adalah terlalu banyak mengatur, mulai dari siapa yang boleh jadi teman, baju yang dipakai, sampai-sampai pasangan tidak punya hak mengatur kehidupannya sendiri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI