Ciri-ciri historiografi tradisional
- Sudut pandang penulisannya berbentuk Istanasentris
- Tujuan penulisannya sebagai alat legitimasi raja
- Terdapat rasa anakronis atau ketidakpastian keterangan waktu
- Banyak mengandung unsur mitos
- Bersifat Regio-sentris atau kaya akan unsur kedaerahan
Historiografi Tradisional berkembang sejak masa Kerajaan Hindu dan Buddha sekitar abad ke-14 M hingga masa Kerajaan Islam pada awal abad ke-20 M.
Historiografi tradisional masa Hindu dan Buddha
- Karya yang dihasilkan berupa terjemahan dari naskah-naskah dari India.
- Bersifat religio magis.
- Bersifat istanasentris.
Contoh historiografi masa Islam adalah Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Aceh, Babad Demak, Babad Tanah Jawi, dan Babad Giyanti.
2. Historiografi kolonial
Historiografi Kolonial adalah penulisan sejarah yang berkembang pada masa Kolonial Belanda sejak abad ke-17 M hingga Pemerintahan Hindia Belanda pada abad ke-20 M.
Fokus utama historiografi kolonial adalah kehidupan warga Belanda (Eropa) di Hindia Belanda karena ditulis oleh orang-orang Belanda atau Eropa.
Tujuan penulisannya untuk memperkuat kedudukan mereka di Indonesia. Ciri-ciri historiografi masa kolonial adalah:
- Sudut pandang penulisannya adalah Neerdelandosentris atau Eropasentris
- Tulisannya bersifat subjektif pemerintah kolonial
- Dalam penyusunannya cenderung mengabaikan sumber lokal
- Mengisahkan sejarah dari orang-orang besar, misalnya Daendels dan Raffles
- Tulisannya bersifat diskriminatif terhadap rakyat Hindia Belanda
Karakteristik historiografi kolonial berfokus pada kajian penguasaan Belanda atau Eropa di Hindia Belanda, sedangkan kondisi rakyat Hindia Belanda (Indonesia) yang terjajah tidak mendapat perhatian.
3. Historiografi nasional
Selanjutnya, yakni historiografi nasional, yaitu penulisan sejarah dengan bangsa Indonesia sebagai subjek utama. Model historiografi ini mulai marak setelah bangsa ini merdeka pada agustus 1945
Baca Juga: Sejarah Pertempuran Surabaya, Perobekan Bendera Belanda hingga Tewasnya AWS Mallaby
Penulisannya bersifat Indonesiasentris, dengan tujuan untuk kepentingan menanamkan rasa nasionalisme kepada seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan ciri dari historiografi nasional antara lain menggunakan perspektif nasionalisme Indonesia.