Ve dan Tian menjawab bisa, alam bisa memperbaiki diri sendiri. “Tapi, kalau manusia tidak menjadi bagian dari usaha perbaikan itu secara agresif, maka pemanasan global bisa terjadi hingga di atas 1,5 derajat celcius. Ini membuat dampak perubahan iklim semakin parah. Contohnya, gelombang panas yang sekarang terjadi 10 tahun sekali. Ia bisa terjadi empat kali lebih sering, ketika suhu rata-rata bumi menjadi 1,5 derajat celcius. Atau, di daerah rawan kekeringan, musim kering dua kali lebih mungkin terjadi dan dapat membuat 200-250 juta penduduk dunia menghadapi kekurangan air yang parah. Apalagi, kekeringan juga bisa menyebabkan kebakaran hutan.”
Jawaban itu rupanya membuat Laleilmanino terhenyak. Mereka menyadari, kondisi alam bisa kembali pulih, jika kita sama-sama mengubah perilaku. Dan, manusia menjadi kunci penting dari proses pemulihan tersebut.
Menyadari bahwa aksi memulihkan alam merupakan hal yang sangat urgent, mereka ingin mengajak publik untuk mulai bergerak menjaga hutan. Menjaga hutan menjadi hal yang penting karena dengan kemampuannya menyerap karbondioksida, hutan menjadi salah satu solusi dalam mengatasi perubahan iklim.
“Tidak pernah ke hutan juga tetap bisa menjaga hutan, kok. Kita bisa sama-sama mulai dari hal-hal sederhana. Misalnya, mengurangi aktivitas yang berisiko meningkatkan gas rumah kaca, seperti tidak buang sampah sembarangan dan memakai kendaraan bermotor sewajarnya saja. Soalnya, kalau bukan kita, siapa lagi?”
Nino yang mendapat kesempatan untuk mengisi suara video kampanye global berjudul Forest Shield, berkata, “Semoga suara yang aku sumbangkan lewat video ini menjadi pengingat bagi kita untuk terus menjaga hutan. Alam, manusia, dan makhluk lain harus bisa berada di suaka yang semestinya. Karena itu, kita harus selalu menjaga keseimbangan alam. Kalau kita menjaga hutan dan isinya, pasti hutan dan isinya juga akan menjaga kita."