Ketika masih membantu ibunya berjualan, Emil telah akrab dengan berbagai produk muslimah, seperti gamis, pashmina, ciput atau dalaman jilbab, hingga kaus kaki.
Bersamaan dengan tekadnya untuk membuat brand fesyen sendiri, ibu lima anak itu juga memutuskan untuk memperbaiki cara berpakaiannya sebagai muslimah. Atas permintaan suaminya pula, mantan penyidik KPK Novel Baswedan, Emil memilih untuk hijrah dan mengubah gaya berpakaiannya lebih syar'i.
Saat berbelanja pakaian syar'i untuk dipakainya sehari-hari, ia merasa desain baju yang dipasaran tidak terlalu menarik.
"Karena saya suka fesyen, pengennya baju syar'i kadang kurang panjang atau kelebaran. Akhirnya saya harus bikin," ujarnya.

Berawal dari kesulitan menemukan pakaian syar'i yang pas di hati, Emil memutuskan untuk membuatnya sendiri. Tak disangka, karyanya juga diminati orang lain.
Meski baju syar'i, menurutnya, bukan berarti tidak bisa didesain dengan menarik agar tetap fashionable.
"Memang kalau syar'i itu tidak transparan, tidak membentuk badan, tapi menutup dada. Intinya, definisi syari itu ketika bisa solat pakai baju itu," ujarnya.
Menurut Emil, tren baju syar'i di Indonesia memang banyak dipengaruhi dari berbagai budaya negara lain, terutama timur tengah. Meski begitu, masih memiliki kekhasannya sendiri.
"Kalau saya di sini menutup dada, pakai khimar (jilbab besar) tapi bisa kombinasi di kaftan. Jadi memang siluet Arab, tapi kalau di Indonesia potongan pinggang lalu pakai belt. Walaupun ikut ke sana, ke sini tapi kita masih ada pakemnya," ucap Emil.
Baca Juga: Berburu Busana Hari Raya di Indonesia Fashion Week
Jadi Wanita Karir Tetap Butuh Dukungan Suami