Gerakan BDS
Pengguna media sosial telah menargetkan merek-merek yang memiliki hubungan dengan Tel Aviv, termasuk pengecer multinasional Carrefour, setelah menyuarakan dukungan atas serangan gencar Israel di wilayah yang terkepung, yang menewaskan lebih dari 12.000 orang, termasuk lebih dari 8.000 anak-anak.
Jaringan restoran cepat saji global lainnya seperti Domino’s dan Burger King juga menjadi sasaran boikot, karena keduanya dilaporkan memberikan makanan gratis kepada pasukan Israel sebelum dan selama perang.
Terinspirasi oleh Gerakan Hak-Hak Sipil Kulit Hitam di Afrika Selatan, aktivitas seperti gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) secara historis memberikan tekanan politik dan ekonomi pada Israel.
Gerakan pro-Palestina menggunakan dan memperluas metode boikot yang ditargetkan karena dampaknya lebih langsung dibandingkan boikot yang tidak ditargetkan.
“Banyak dari daftar panjang yang menjadi viral di media sosial justru memberikan dampak yang berlawanan dengan pendekatan strategis dan berdampak ini. Mereka mencakup ratusan perusahaan, banyak yang tidak memiliki bukti kredibel mengenai hubungan mereka dengan penindasan rezim Israel terhadap warga Palestina, sehingga menjadikan mereka tidak efektif,” tulis BDS di situs webnya.
“Kita semua mempunyai kapasitas manusia yang terbatas, jadi sebaiknya kita menggunakannya dengan cara yang paling efektif untuk mencapai hasil yang bermakna dan berkelanjutan yang benar-benar dapat berkontribusi pada pembebasan Palestina,” kata BDS.