Dalam sebuah artikel di The New York Post, Sonh Jae Ryong, sosiolog dari Universitas Kyung Hee, Korea Selatan, idol dan public figure Korea terkadang menjadi korban dari ekspektasi tinggi masyarakat, di mana aturan dan kepatuhan sangat dihargai.
Karena harapan yang tinggi kepada public figure, masyarakat Korea cenderung menjadi kurang toleran atas kesalahan moral atau etika yang dilakukan.
Menurutnya, masyarakat Korea mempunyai kecenderungan yang kuat untuk memihak sebagai sebuah kelompok, menempatkan mereka yang berasal dari kelompok sosial yang berbeda pada pihak yang berlawanan.
Meski cancel culture dianggap bisa mengajarkan tanggung jawab dan menjadi ‘rem’ untuk para selebriti sehingga mereka akan berusaha menjaga sikap dan perilaku, fenomena ini juga bisa menyulitkan para public figure ini untuk bangkit setelah nama dan kariernya tercemar akibat skandal, meskipun belum tentu tindakan negatif itu benar dilakukan oleh mereka.
Cancel culture juga dapat memberikan efek psikologis kepada penerimanya hingga menimbulkan depresi, seperti yang dialami Lee Sun Kyun pekan lalu.