Suara.com - Pernahkah kamu penasaran dengan sejarah souvenir pernikahan? Sebab sekarang bagi-bagi souvenir sudah menjadi bagian dari tradisi pernikahan di Tanah Air.
Ditelusuri lebih lanjut, memang ada sejarah yang melatarbelakangi tradisi memberi souvenir ini sejak zaman kuno dan tetap populer hingga saat ini, lho.
Sebelum masuk ke pembahasan sejarah souvenir, kita perlu tahu pengertian souvenir itu sendiri terlebih dahulu.
Pengertian Souvenir

Merangkum berbagai sumber, souvenir adalah barang yang biasanya diberikan dengan tujuan sebagai hadiah atau kenang-kenangan. Barang yang dipilih cenderung berukuran kecil dan harganya cukup terjangkau.
Kata "souvenir" berasal dari bahasa Prancis yang artinya "untung mengenang". Kemudian dalam bahasa Inggris, souvenir diartikan sebagai benda yang digunakan untuk mengingat orang atau tokoh, suatu tempat, ataupun momen istimewa.
Dalam bahasa Indonesia juga ada kata souvenir. Tapi kata tersebut bukan bentuk baku. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk baku souvenir adalah suvenir, yang berarti tanda mata, kenang-kenangan, dan cendera mata.
Sejarah Souvenir Pernikahan

Berdasarkan keterangan dalam berbagai sumber, memberikan souvenir telah menjadi tradisi sejak ratusan tahun lalu yang muncul di Eropa. Kala itu souvenir sudah identik dengan acara pernikahan. Di mana si empunya acara memberikan souvenir untuk para tamu. Dulu souvenir pernikahan disebut dengan nama "bonbonniere".
Bonbonniere sendiri biasanya berbentuk kotak perhiasan kecil yang terbuat dari kristal, porselen, mutiara, atau batu mulia lainnya. Biasanya bonbonniere diisi dengan gula batu atau permen halus yang masa itu masih menjadi simbol kekayaan dan sangat bernilai harganya.
Tradisi memberikan bonbonniere ini diturunkan oleh sebagian besar bangsawan Eropa kepada anak cucu mereka. Namun seiring berjalannya waktu, harga gula mulai turun dan tidak lagi menjadi komoditas mahal yang hanya dimiliki oleh para bangsawan.
Baca Juga: Potret Sosok Olga Syahputra Hadir di Pernikahan Luna Maya, Banjir Ucapan Haru
Dengan demikian, pemberian bonbonniere dapat dilakukan oleh masyarakat dari kelas menengah Eropa. Mereka kemudian mengganti isi bonbonniere dengan kacang almond. Lambat laun, bonbonniere ini kembali diganti dengan confetti yang terdiri dari lima kacang almond berlapis gula.