Suara.com - Debat capres yang ketiga telah berlangsung kemarin pada Minggu (7/1/2024). Acara tersebut digelar oleh KPU di Istora Senayan, Jakarta.
Tentu saja dalam debat itu tak luput dari pernyataan panas yang dilontarkan masing-masing capres. Salah satunya ketika membahas mengenai konflik Laut China Selatan.
Ketiga capres, Anies, Prabowo dan Ganjar saling lempar argumen mengenai masalah Laut China Selatan. Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia wajib memiliki pertahanan yang kuat untuk hadapi konflik ini.
Namun, sebelum membahas mengenai solusi dari konflik LCS ini. Mari kita telaah dulu konteks apa yang sebenarnya sedang terjadi di sana.
Apa yang terjadi di Laut China Selatan?
Kawasan Laut China Selatan meliputi perairan dan daratan dari gugusan kepulauan dua pulau besar, yakni Spratly dan Paracels, serta bantaran Sungai Macclesfield dan Karang Scarborough yang terbentang luas dari negara Singapura yang dimulai dari Selat Malaka sampai ke Selat Taiwan.
Mengutip dari buku berjudul 'KONFLIK LAUT CHINA SELATAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KAWASAN' yang ditertibkan P3DI Setjen DPR Republik Indonesia dan Azza Grafika menyebut bahwa sudah sejak lama bentangan laut Cina Selatan jadi konflik antar negara.
Beberapa negara, seperti Republik Rakyat China (RRC), Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Brunei Darussalam, terlibat dalam upaya konfrontatif saling klaim, atas sebagian ataupun seluruh wilayah perairan tersebut. Indonesia, yang bukan negara pengklaim, menjadi terlibat setelah klaim mutlak RRC atas perairan Laut China Selatan muncul pada 2012.
Konflik antarnegara yang terlibat saling klaim kepemilikan atas pulau-pulau (kepulauan) di sana (claimant states) baru muncul di dasawarsa 1970, dan berulang kembali di dasawarsa 80, 90 hingga 2010 ini.
Baca Juga: Prabowo Subianto Kecewa Diserang Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo Soal Pertahanan
Namun, tidak dapat disangkal di masa lalu, penguasapenguasa tradisional dari Tiongkok (China) dan Vietnam, dan negara-negara baik yang terlibat saling klaim sekarang maupun tidak itu, pernah terlibat memperebutkan kontrol atas wilayah perairan di sana.
Penyebab sengketa Laut China Selatan
Awal mula sengketa ini tentu tidak luput dari klaim sepihak dari negara kawasan, termasyk China dalam hal kepemilikan wilayah perairan tersebut.
Klaim tersebut berawal dari China pada tahun 1947 yang memproduksi peta LCS dengan 9 garis putus-putus dan menyatakan wilayah yang masuk dalam lingkaran garis tersebut, termasuk Kepulauan Spartly dan Paracel.
Peta tersebut lantas ditegaskan kembali oleh Partai Komunis yang berkuasa pada 1953. Klaim ini pun tak luput dari aspek historis China Kuno mulai dari Dinasi Han yang berkuasa pada abad 2 SM sampai Dinasi Ming dan Dinasi Qing abad 13 SM.
Guna menjaga klaimnya atas LCS, China kini agresif membangun fasilitas militer, mendirikan pulau buatan, dan menempatkan kapal-kapal perangnya di wilayah perairan tersebut.