Selain itu, ketegangan kembali terpantik ketika China mengeklaim atas 80-90 persen wilayan di Laut China Selatan.
Sementara Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam yang mendasarkan pada aturan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).
Mengapa Laut China Selatan jadi rebutan?
Merujuk pada laporan Kementerian Pertahanan China (MOD) LCS adalah wilayah startegis baik secara perdagangan ekonomi dan kepentingan militer.
Laut China Selatan diketahui menjadi salah satu pintu gerbang komersial yang krusial bagi sebagian besar industri logistik dunia dan menjadi sub-wilayah ekonomi strategis di kawasan Indo-Pasifik.
Menurut CFR Global Conflict Tracker, total nilai perdagangan yang melintasi kawasan ini pada 2016 mencapai US$3,37 triliun. Bahkan perdagangan gas alam cair global yang transit melalui Laut China Selatan pada 2017 sebanyak 40 persen dari total konsumsi dunia.
Perairan ini juga kaya akan sumber daya hasil laut. Laut China Selatan dilaporkan memiliki cadangan minyak dan gas yang signifikan. Diperkirakan ada 11 miliar barel minyak yang belum dimanfaatkan, serta 190 triliun kaki kubik cadangan gas alam di perairan ini.
Secara militer, laporan MOD menyatakan penguasaan LCS memungkinkan Tiongkok untuk membangun dan mengembangkan pangkalan militer sebagai persiapan melawan pesaing regional eksternal seperti Amerika Serikat.
Kehadiran militer China di LCS akan mencegah akses musuh dan potensi serangan militer ke Tiongkok di masa depan.
Baca Juga: Prabowo Subianto Kecewa Diserang Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo Soal Pertahanan