“Mengingat angka kematian saat ini, tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Setiap hari lebih dari 3 petugas medis, 2 guru, lebih dari satu pegawai PBB dan lebih dari satu jurnalis akan dibunuh," ungkap Blinne.
"Banyak di antaranya ketika sedang bekerja atau dalam serangan yang tampaknya ditargetkan terhadap keluarga mereka, rumah, atau tempat mereka berlindung," sambungnya.
Blinne juga mengatakan bahwa risiko kelaparan di sana kian meningkat. Sebab, saat warga Palestina ingin mencari bantuan, selalu diserang. Tak heran jika banyak anak-anak yang kakinya diamputasi bahkan tanpa bius.
“Risiko kelaparan akan meningkat setiap harinya. Setiap hari, rata-rata 629 orang akan terluka, bahkan berkali-kali lipat ketika mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan putus asa mencari perlindungan," ucap Blinne.
“Setiap hari lebih dari 10 anak Palestina akan diamputasi salah satu atau kedua kakinya, banyak di antaranya tanpa obat bius. Setiap hari semakin banyak orang yang putus asa terpaksa pindah dari tempat mereka berlindung atau akan dibom. Seluruh keluarga multigenerasi akan musnah," lanjutnya lagi.
Mirisnya lagi, kata Blinne, kuburan massal warga Palestina juga digali untuk dihancurkan dengan buldozer atau bom. Ia tak mengerti mengapa Israel bahkan ingin menghilangkan kedamaian orang-orang yang sudah meninggal dunia.
"Setiap hari, jika dibandingkan dengan kondisi saat ini, rata-rata 3.900 rumah warga Palestina akan dirusak atau dihancurkan. Lebih kuburan massal akan digali, dibuldoser dan dibom, bahkan menghilangkan martabat atau kedamaian bagi orang yang sudah meninggal," kata Blinne.
Dalam pidatonya, Blinne juga memperlihatkan dua foto papan tulis di sebuah rumah sakit di Gaza. Pertama, tulisan tangan seorang dokter yang berbunyi, “Kami telah melakukan apa yang kami bisa. Ingat kami."
Foto kedua diambil dari papan tulis yang sama setelah serangan Israel terhadap rumah sakit pada tanggal 21 November yang menewaskan penulis pesan tersebut. Di mana itu menunjukkan papan yang dihancurkan.
Baca Juga: Cerita Pejuang Kemanusiaan dari Gaza yang Terancam di Ujung Moncong Senjata Israel
Kontributor : Xandra Junia Indriasti