Pada tahun 1995 sebelum adanya perceraian, keluarga Soeharto dan Sumitro memang sudah memburuk. Hal tersebut lantaran ayah Prabowo selalu mengkritik pemerintahan Orde Baru.
Itulah mengapa, Soeharto mulai tidak menyukai besannya tersebut yang akhirnya berimbas kepada hubungan rumah tangga anaknya.
![Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto di Istora Senayan, Kamis (22/11/2018). [dok.panitia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/11/22/56014-prabowo-subianto-dan-titiek-soeharto-di-istora-senayan.jpg)
Belum cukup sampai di situ, amarah Soeharto mulai tak terbendung lagi manakala terjadi demo besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa, yang meminta dirinya untuk turun dari jabatannya sebagai presiden.
Demo tersebut terjadi pada tahun 1998 silam yang sekaligus menjadi tahun terakhir Soeharto sebagai pemimpin negara.
Pasca kepemimpinannya hancur, Soeharto menuding bahwa Prabowo terlibat atas kerusuhan yang telah terjadi.
Dia mengatakan bahwa menantunya tersebut sengaja membiarkan mahasiswa melakukan aksi demo dan duduk di gedung MPR/DPR.
Tudingan tersebut bukan tanpa alasan, sebab pada saat itu Prabowo menjabat sebagai Panglima Komando
Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad)yang memiliki tugas penting, yakni menjaga keamanan dan mengantisipasi adanya kericuhan.
Tak hanya Soeharto, bahkan hampir semua anggota keluarga Cendana juga mempermasalahkan mengapa Prabowo membiarkan mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR.
Baca Juga: Prabowo - Anies Akhirnya Salaman, TKN: Memang Keduanya Tak Ada Ketegangan
Namun, Prabowo memberikan alasannya mengapa dirinya melakukan hal tersebut. Dia menduga bahwa ada pihak-pihak tertentu dari militer yang berkomplot dengan mahasiswa.