Suara.com - Melanjutkan pendidikan ke luar negeri menawarkan banyak keuntungan yang bisa didapatkan. Hal ini menjadi alasan utama mengapa banyak individu memiliki keinginan untuk kuliah di luar negeri. Namun, sayangnya, masih banyak orang yang hanya berhenti pada tahap bermimpi tanpa berusaha merealisasikan impian tersebut. Sangat disayangkan, bukan?
Sebagian dari mereka seringkali terjebak dalam mitos-mitos yang beredar mengenai studi di luar negeri. Mitos-mitos ini tidak boleh diabaikan karena kenyataannya cukup banyak yang terpengaruh oleh informasi yang keliru tersebut.
Mitos dan Fakta Kuliah di Luar Negeri
Untuk membebaskan diri dari mitos ini, berikut adalah beberapa mitos dan fakta tentang kuliah di luar negeri yang perlu diketahui.
Mitos 1: Kuliah di Luar Negeri Mahal
Fakta: Memang benar bahwa melanjutkan studi ke luar negeri dapat memerlukan biaya yang besar. Namun, khususnya di wilayah Eropa, banyak negara yang menawarkan pendidikan dengan biaya terjangkau, termasuk biaya hidup yang relatif rendah. Selain itu, terdapat banyak program beasiswa yang tersedia, baik dari universitas, pemerintah Indonesia, maupun pemerintah negara tujuan di Eropa.
Untuk memanfaatkan kesempatan ini, kamu hanya perlu menyiapkan dokumen yang dibutuhkan dan melamar sebanyak mungkin beasiswa. Jika salah satu program cocok dengan kualifikasimu, peluang untuk kuliah di luar negeri dapat terwujud tanpa beban biaya yang terlalu besar.
Mitos 2: Harus Menguasai Bahasa Lokal
Fakta: Banyak calon mahasiswa yang ragu untuk mendaftar ke universitas di negara-negara seperti Jerman, Spanyol, atau Italia karena mereka belum menguasai bahasa lokal. Namun, kenyataannya, kemampuan bahasa Inggris yang baik sudah cukup untuk banyak program di luar negeri. Banyak universitas menawarkan program dengan pengantar bahasa Inggris.
Baca Juga: Teknik Metalurgi Belajar Apa? Jurusan Kuliah dengan Prospek Karier Menjanjikan
Penguasaan bahasa lokal memang menjadi nilai tambah, tetapi bukan merupakan persyaratan wajib di semua kampus. Bahkan, selama menempuh studi, kamu berkesempatan mengembangkan kemampuan bahasa asingmu, baik melalui interaksi sehari-hari maupun kursus tambahan.
Mitos 3: Studi Harus Dilakukan dalam Periode Panjang
Fakta: Tidak semua program luar negeri mengharuskan mahasiswa tinggal selama satu semester atau satu tahun penuh. Ada berbagai program pertukaran pelajar yang bersifat jangka pendek, mulai dari 1-2 minggu hingga 6 minggu. Program seperti ini biasanya dijadwalkan selama liburan musim semi, musim dingin, atau musim panas, sehingga tidak mengganggu perkuliahan regulermu di universitas asal.
Kamu dapat memilih program yang sesuai dengan waktu dan kebutuhanmu. Bahkan, selama lima tahun terakhir, jumlah mahasiswa yang mengikuti program seperti "Summer Abroad" meningkat lebih dari 100%. Jadi, jangan biarkan mitos ini menghalangimu mengejar pengalaman belajar di luar negeri.
Mitos 4: Tidak Bisa Lulus Tepat Waktu
Fakta: Ketakutan tidak bisa menyelesaikan studi tepat waktu sering muncul di kalangan mahasiswa yang tertarik mengikuti program pendidikan di luar negeri. Namun, sebenarnya, kamu bisa memanfaatkan program luar negeri untuk mendapatkan kredit yang setara dengan mata kuliah jurusan, minor, atau mata kuliah umum di kampus asalmu.