Dalam keluarga, pembagian tugas domestik yang seimbang tanpa mengenal gender juga perlu dilakukan.
"Misalnya membereskan kamar sendiri tanggung jawab masing-masing misalnya bereskan kamar," katanya.
4. Kebebasan menentukan pilihan dan berpendapat
Istri dan anak perempuan misalnya, diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya. Jika mereka punya ketertarikan tertentu dalam suatu bidang, itu bisa dilakukan melalui diskusi.
Menghadapi kekerasan berbasis gender
Ayoe Sutomo M. Psi. Psikolog yang menjadi salah satu narasumber pada acara tersebut mengatakan, penting bagi setiap perempuan untuk memiliki mindset perempuan mampu untuk berdaya.
Hal tersebut dapat diawali dengan mulai mencari dan melihat sekecil apapun potensi diri yang dimiliki oleh perempuan, dimulai dari keterampilan sederhana dalam keseharian, yang jika diasah dengan baik dan serius bisa saja menjadi sesuatu yang bernilai.
"Mendukung hal diatas, perempuan dirasa perlu untuk memiliki kemampuan dalam mengelola keuangan baik pribadi maupun rumah tangga. Diharapkan hal ini dapat memperkecil kerentanan perempuan," kata dia.
Selain itu, perempuan juga perlu mendapatkan perasaan aman untuk berani menyampaikan atau melapor jika merasa khawatir mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Baca Juga: Silsilah Keluarga Gus Miftah, Putra Mbah Moen Pernah Sebut Bukan Anak Kiai
Perasaan aman dapat hadir salah satunya dari dukungan keluarga atau orang terdekat yang dapat dipercaya. Mintalah bantuan dari teman dan kerabat, tidak perlu ditutup-tutupi, dan segera laporkan dan konsultasikan ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
"Selain itu, untuk memutus mata rantai diskriminasi dan kekerasan domestik, penting bagi perempuan yang sudah memiliki anak untuk mengusahakan pendidikan terbaik," tambah Ayu.
Selain itu, jangan lupa memberikan penanaman nilai yang tepat terkait kesetaraan gender kepada anak agar mereka dapat menjadi perempuan yang berdaya untuk dapat berkontribusi lebih banyak dalam memberdayakan generasi selanjutnya.